Imamat 5:10 - Persembahan Pengampunan Dosa

"Kemudian imam itu akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran, yang lain sebagai korban penghapus dosa, menurut peraturan bagi orang yang bersalah itu. Imam itu akan mengadakan pendamaian baginya, maka ia akan diampuni."
Damai

Ayat Imamat 5:10 memberikan penjelasan penting mengenai tatacara persembahan bagi seseorang yang telah melakukan kesalahan atau dosa. Dalam sistem hukum dan ibadah bangsa Israel kuno, persembahan merupakan elemen krusial untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, memohon pengampunan, dan memulihkan hubungan yang rusak akibat pelanggaran. Ayat ini secara spesifik merujuk pada seseorang yang bersalah, yang kemungkinan telah melanggar hukum Taurat atau melakukan sesuatu yang tidak pantas di hadapan Tuhan.

Perintah dalam Imamat 5:10 menekankan dualitas persembahan yang harus dilakukan. Pertama, "imam itu akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran." Korban bakaran (holocaust) adalah persembahan yang seluruhnya dibakar di mezbah. Persembahan ini melambangkan penyerahan diri total kepada Tuhan dan penyesalan yang mendalam atas dosa yang telah diperbuat. Api yang melahap korban melambangkan api penyucian ilahi yang membakar habis dosa dan ketidakmurnian.

Kedua, ayat ini menyebutkan, "yang lain sebagai korban penghapus dosa." Korban penghapus dosa (sin offering) memiliki fungsi yang lebih spesifik, yaitu untuk menghapus atau menebus kesalahan yang spesifik. Darah dari korban ini biasanya dilumurkan pada bagian-bagian tertentu dari Kemah Suci atau mezbah, menandakan pendamaian atas dosa tersebut. Dengan memberikan kedua jenis korban ini, seseorang menunjukkan bahwa ia tidak hanya menyesali dosanya, tetapi juga mengakui keseriusannya dan membutuhkan penebusan yang spesifik.

Penting untuk dicatat frasa "menurut peraturan bagi orang yang bersalah itu." Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan persembahan ini tidak dilakukan sembarangan, melainkan mengikuti serangkaian aturan dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Tuhan melalui Musa. Kerumitan ritual ini menyoroti betapa seriusnya dosa di mata Tuhan dan betapa pentingnya ketaatan dalam mencari pengampunan.

Puncak dari seluruh proses ini adalah apa yang dinyatakan pada bagian akhir ayat: "Imam itu akan mengadakan pendamaian baginya, maka ia akan diampuni." Di sinilah peran imam menjadi sangat sentral. Imam bertindak sebagai perantara antara umat dan Tuhan. Melalui pelaksanaan ritual persembahan yang benar, imam berwenang untuk mengajukan permohonan pendamaian atas nama orang yang bersalah. Apabila semua persyaratan dipenuhi, Tuhan, dalam kemurahan-Nya, akan menerima persembahan tersebut dan memberikan pengampunan. Pengampunan ini bukan hanya sekadar penghapusan hukuman, tetapi juga pemulihan hubungan yang rusak, memungkinkan orang tersebut untuk kembali bersekutu dengan Tuhan.

Dalam konteks yang lebih luas, Imamat 5:10, bersama dengan seluruh pasal 5 dan pasal-pasal lain dalam Kitab Imamat yang membahas tentang persembahan dosa, memberikan fondasi teologis yang mendalam. Ayat ini berbicara tentang kebutuhan universal manusia akan pengampunan dan tentang kasih karunia Tuhan yang menyediakan jalan bagi pemulihan. Meskipun sistem persembahan dalam Perjanjian Lama telah digenapi dalam diri Yesus Kristus, Sang Imam Besar dan Korban yang sempurna, pemahaman akan prinsip-prinsip di baliknya—penyesalan, pengakuan dosa, dan kebutuhan akan pendamaian—tetap relevan bagi setiap orang yang mencari hubungan yang benar dengan Tuhan.