"Dia datang kepadaku dan berdiri di dekatku, lalu berkata: ‘Saudara Saulus, celikkanlah matamu.’ Seketika itu juga aku dapat melihat dia."
Kisah Para Rasul pasal 22 mencatat momen krusial dalam kehidupan Rasul Paulus, yang pada awalnya dikenal sebagai Saulus. Ayat ke-13 secara khusus menyoroti pertemuan transformatifnya dengan Ananias, seorang percaya kepada Yesus. Peristiwa ini tidak hanya menandai pemulihan penglihatan fisik Saulus, tetapi juga menjadi simbol pemulihan spiritual dan panggilan ilahi yang akan mengubah jalannya sejarah kekristenan.
Pada titik ini, Saulus adalah seorang farisi yang taat, namun fanatik dalam penganiayaannya terhadap gereja mula-mula. Dia yakin bahwa dia sedang melakukan kehendak Allah dengan mengejar dan memenjarakan pengikut Yesus. Namun, dalam perjalanan menuju Damsyik untuk melanjutkan misinya, Saulus mengalami sebuah penampakan yang luar biasa: Yesus sendiri menampakkan diri kepadanya. Cahaya yang sangat terang menyilaukan mata Saulus, membuatnya buta selama beberapa hari. Ini adalah pengalaman yang mendalam dan membingungkan, yang menggoncang seluruh keyakinan dan persepsinya.
Dalam kebutaan fisiknya, Saulus dibawa ke Damsyik dan berpuasa selama tiga hari. Di sinilah, Tuhan mengutus Ananias, seorang murid yang saleh, untuk menemui Saulus. Ananias awalnya ragu, mengingat reputasi Saulus sebagai penganiaya. Namun, Tuhan meyakinkan Ananias bahwa Saulus adalah "pilihan alat-Nya" untuk membawa nama-Nya kepada bangsa-bangsa lain, raja-raja, dan orang Israel. Perintah Tuhan agar Ananias menemui Saulus dan memulihkan penglihatannya adalah inti dari ayat 22:13.
Ketika Ananias datang, dia mengucapkan kata-kata yang sederhana namun penuh makna: "Saudara Saulus, celikkanlah matamu." Kata "Saudara" menunjukkan penerimaan dan pengampunan, sebuah awal baru yang tak terduga bagi seseorang yang sebelumnya adalah musuh bebuyutan. Kepatuhan Saulus pada perintah tersebut, "Seketika itu juga aku dapat melihat dia," menandai dimulainya transformasi radikal. Penglihatan fisiknya pulih, tetapi yang lebih penting, penglihatan rohaninya terbuka. Dia melihat Ananias, dan melalui Ananias, dia melihat kebenaran tentang Yesus yang sebelumnya dia tolak.
Kisah Rasul 22:13 mengajarkan kita beberapa pelajaran penting. Pertama, tentang kekuatan pengampunan. Ananias, atas perintah Tuhan, mampu mengasihi dan melayani musuhnya. Ini adalah contoh bagaimana kasih dan belas kasihan dapat mengubah hati yang paling keras sekalipun. Kedua, tentang bagaimana Tuhan dapat menggunakan individu yang tampaknya tidak mungkin. Saulus, seorang penganiaya, diubah menjadi rasul yang paling produktif. Ini mengingatkan kita bahwa tidak ada seorang pun yang di luar jangkauan kasih dan rencana Tuhan.
Selanjutnya, momen ini menegaskan pentingnya kesaksian. Ananias tidak hanya memulihkan penglihatan Saulus, tetapi juga menjadi saksi awal dari perubahan Saulus. Kisah ini juga menggarisbawahi bahwa pemulihan fisik seringkali merupakan pendahuluan bagi pemulihan rohani yang lebih dalam. Kebutaan fisik Saulus memaksanya untuk bergantung pada orang lain dan pada bimbingan Tuhan, membukakan hatinya untuk menerima kebenaran ilahi. Akhirnya, ayat ini adalah gambaran indah tentang bagaimana Tuhan bekerja melalui peristiwa-peristiwa yang tampaknya biasa untuk mewujudkan rencana-Nya yang agung. Pertemuan antara Saulus yang buta dan Ananias yang diutus adalah awal dari pelayanan seorang rasul yang akan membawa Injil ke seluruh dunia.
Visualisasi pemulihan penglihatan dan pemahaman rohani.