Imamat 6:14 - Persembahan Tahunan untuk Tuhan

"Inilah hukum tentang korban bakaran di atas mezbah: Korban bakaran itu harus tinggal di atas mezbah sepanjang malam sampai pagi, dan api mezbah harus terus menyala di atasnya."

Ayat dari Kitab Imamat pasal 6 ayat 14 ini memberikan instruksi penting mengenai pelaksanaan korban bakaran di dalam sistem ibadah Israel kuno. Lebih dari sekadar ritual keagamaan, perintah ini mencerminkan makna simbolis yang mendalam tentang keberadaan Tuhan yang terus-menerus di tengah umat-Nya, serta pentingnya pengabdian yang tiada henti. Kata kunci di sini adalah "terus menyala", sebuah gambaran yang kuat tentang api yang tidak boleh padam.

Api pada mezbah korban bakaran memiliki peran sentral dalam penyembahan. Ia bukan sekadar panas, melainkan simbol dari kehadiran ilahi, kebertarikan Tuhan, dan sarana untuk mendekat kepada-Nya. Instruksi agar api itu "terus menyala sepanjang malam sampai pagi" menggarisbawahi perlunya kesungguhan dan konsistensi dalam hubungan dengan Tuhan. Ini bukan ibadah musiman atau sporadis, melainkan sebuah komitmen yang berkelanjutan. Dalam konteks modern, hal ini bisa diartikan sebagai pentingnya doa yang tak henti, devosi yang tak tergoyahkan, dan menjaga hubungan pribadi dengan Tuhan setiap saat, baik dalam suka maupun duka, dalam terang maupun kegelapan.

Persembahan bakaran sendiri adalah wujud penyerahan diri total kepada Tuhan. Seluruh persembahan dibakar habis, menunjukkan bahwa tidak ada yang tersisa untuk diri sendiri, melainkan segalanya dipersembahkan kepada-Nya. Ini adalah prinsip pengorbanan sejati, di mana kita memberikan yang terbaik dari diri kita, waktu kita, talenta kita, dan sumber daya kita, tanpa pamrih. Instruksi agar api terus menyala mengingatkan kita bahwa penyerahan diri ini bukanlah suatu peristiwa sekali jadi, melainkan sebuah gaya hidup. Setiap pagi, api itu harus ditemukan tetap menyala, siap untuk menerima persembahan yang baru, menandakan awal yang segar dan dedikasi yang terus diperbarui.

Meskipun kita tidak lagi melaksanakan ritual korban bakaran secara harfiah, prinsip Imamat 6:14 tetap relevan. Api yang terus menyala di mezbah dapat dianalogikan dengan semangat ibadah yang harus senantiasa berkobar dalam hati kita. Bagaimana kita menjaga api ini agar tidak padam di tengah kesibukan dunia modern? Ini menuntut disiplin rohani: membaca Firman Tuhan secara teratur, merenungkan kebenaran-Nya, berkomunikasi dengan-Nya melalui doa, bersekutu dengan sesama orang percaya, dan melayani sesama sebagai bentuk respons terhadap kasih Tuhan. Api ini menjadi bukti nyata bahwa Tuhan tetap hadir dan aktif dalam kehidupan kita, dan bahwa kita selalu siap untuk mempersembahkan diri kita kembali kepada-Nya.

Api yang menyala sepanjang malam juga berbicara tentang kesetiaan Tuhan. Meskipun umat Israel mungkin tertidur, api di mezbah tetap menyala, simbol bahwa Tuhan tidak pernah tidur atau lengah. Kesetiaan-Nya kepada umat-Nya tidak pernah berhenti. Ini adalah janji penghiburan dan kekuatan bagi kita. Di saat-saat tergelap, ketika kita merasa sendiri atau ragu, kita dapat mengingat bahwa Tuhan tetap hadir, menjaga kita dengan kasih dan kuasa-Nya yang abadi. Semangat Imamat 6:14 mengajak kita untuk merefleksikan betapa pentingnya menjaga hubungan yang hidup dan terus-menerus dengan Sumber Kehidupan kita, agar terang dan kehangatan-Nya senantiasa membimbing langkah kita.