Imamat 6:28 - Kesucian dalam Pengorbanan

"Adapun mezbah korban bakaran itu terbuat dari kayu penaga; panjangnya lima hasta dan lebarnya lima hasta; mezbah itu empat persegi, tingginya tiga hasta."

Ayat Imamat 6:28 memberikan gambaran detail mengenai dimensi sebuah mezbah yang digunakan dalam ritual keagamaan Bangsa Israel kuno. Mezbah korban bakaran yang terbuat dari kayu penaga ini memiliki ukuran spesifik: panjang lima hasta, lebar lima hasta, dan tinggi tiga hasta, membentuk struktur persegi. Sekilas, angka-angka ini mungkin terasa teknis dan terkesan hanya sebagai deskripsi bangunan. Namun, ketika kita menyelami lebih dalam konteksnya dalam kitab Imamat, ayat ini membuka jendela menuju pemahaman yang lebih kaya tentang ketaatan, kesucian, dan hubungan umat dengan Tuhan.

Dalam tradisi Yahudi, setiap detail dalam hukum Taurat, termasuk ukuran dan bahan mezbah, memiliki makna simbolis yang mendalam. Kayu penaga (acacia wood) dikenal karena kekuatannya dan ketahanannya terhadap serangga dan pembusukan, melambangkan keabadian dan keteguhan iman. Ukuran yang presisi – lima hasta oleh lima hasta dan tiga hasta – tidak hanya mencerminkan kerapian dan keteraturan yang dikehendaki Tuhan, tetapi juga mungkin merefleksikan proporsi yang dianggap harmonis dan merepresentasikan kesempurnaan ilahi atau manifestasi kehadiran-Nya.

Fungsi utama mezbah ini adalah sebagai tempat persembahan korban bakaran, yang merupakan bentuk penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Setiap korban yang dipersembahkan di atasnya menjadi simbol penebusan dosa dan ekspresi ketaatan serta pengabdian. Ketelitian dalam mengikuti instruksi pembangunan mezbah, seperti yang tertulis dalam Imamat 6:28, menunjukkan betapa pentingnya ketaatan yang tanpa kompromi dalam setiap aspek ibadah. Tuhan tidak hanya menginginkan hati yang tulus, tetapi juga tindakan yang sesuai dengan perintah-Nya.

Dalam terang spiritual modern, ayat ini mengingatkan kita bahwa kesucian dalam hubungan kita dengan Tuhan seringkali diekspresikan melalui tindakan ketaatan yang terstruktur dan disengaja. Seperti mezbah yang dibangun dengan presisi, hidup kita yang dipersembahkan kepada Tuhan harus mencerminkan ketertiban, disiplin, dan dedikasi. Ini berarti bukan hanya dalam momen-momen besar iman, tetapi juga dalam detail-detail kehidupan sehari-hari, kita berusaha hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Imamat 6:28 mengajarkan bahwa ibadah yang tulus bukan sekadar perasaan emosional, melainkan juga tentang menjalankan perintah secara konsisten. Ukuran dan bahan mezbah yang spesifik mendorong kita untuk merenungkan bagaimana kita membangun "altar" kehidupan kita sendiri. Apakah struktur hidup kita kokoh dan tahan lama karena dibangun di atas fondasi firman Tuhan? Apakah proporsi hidup kita seimbang, dengan prioritas yang jelas pada hal-hal ilahi? Dengan merenungkan ayat ini, kita diundang untuk meninjau kembali komitmen kita dan memastikan bahwa setiap aspek kehidupan kita, sekecil apa pun, dipersembahkan dengan hormat dan penuh ketaatan kepada Sang Pencipta.