Imamat 6:6

"Imamat 6:6: Api di mezbah itu harus terus menyala di atasnya; janganlah dipadamkan. Setiap pagi imam harus menambah kayu bakar pada api itu, dan di atasnya ia harus membakar korban bakaran lemak-lemak korban keselamatan."

Dalam kitab Imamat, kita menemukan banyak sekali instruksi rinci mengenai ibadah dan hukum-hukum yang diberikan Allah kepada umat-Nya. Salah satu ayat yang sering kali luput dari perhatian namun memiliki makna mendalam adalah Imamat 6:6. Ayat ini berbicara tentang api yang harus terus menyala di atas mezbah persembahan bakaran.

Perintah ini bukan sekadar ritual tanpa arti. Api yang terus menyala di mezbah melambangkan kehadiran Allah yang senantiasa ada, kesucian-Nya yang tak terpadamkan, dan hubungan yang berkelanjutan antara Allah dan umat-Nya. Api dalam konteks ini juga erat kaitannya dengan korban persembahan. Korban bakaran, yang dibakar habis di atas mezbah, merupakan ekspresi penyerahan diri total kepada Allah dan penebusan dosa.

Persyaratan agar api tidak dipadamkan menunjukkan pentingnya kesinambungan dalam hubungan dengan Tuhan. Itu berarti bahwa penyembahan dan penyerahan diri kepada Allah bukanlah sesuatu yang dilakukan sesekali, melainkan harus menjadi bagian yang konstan dalam kehidupan orang percaya. Sama seperti api yang membutuhkan kayu bakar untuk tetap menyala, hubungan kita dengan Tuhan membutuhkan pemeliharaan melalui doa, pembacaan firman, dan ketaatan.

Setiap pagi, imam diperintahkan untuk menambah kayu bakar. Hal ini mengindikasikan perlunya pembaharuan setiap hari dalam iman kita. Kebutuhan akan "kayu bakar" baru dapat diartikan sebagai kebutuhan kita untuk terus-menerus mencari Tuhan, merenungkan firman-Nya, dan membiarkan Roh Kudus memperbarui hati dan pikiran kita. Ini adalah pengingat bahwa iman bukanlah sesuatu yang statis, melainkan dinamis dan membutuhkan upaya untuk terus bertumbuh.

Lebih lanjut, ayat ini menekankan bahwa di atas api itulah "lemak-lemak korban keselamatan" dibakar. Lemak sering kali dianggap sebagai bagian terbaik dari hewan korban. Pembakaran ini melambangkan penyerahan yang tulus dan sukarela dari apa yang terbaik yang dimiliki seseorang kepada Tuhan. Persembahan keselamatan adalah ungkapan syukur dan pengakuan atas berkat dan pemeliharaan Tuhan. Jadi, api yang terus menyala menjadi dasar bagi ibadah yang tulus dan penuh syukur.

Dalam konteks kekristenan modern, api yang tak terpadamkan di mezbah dapat diinterpretasikan sebagai semangat yang berkobar-kobar dalam melayani Tuhan, kasih yang membara bagi sesama, dan kesaksian yang terus menyala. Kita dipanggil untuk memelihara api rohani dalam diri kita, membaharui komitmen kita kepada Kristus setiap hari, dan mempersembahkan hidup kita sebagai korban yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah. Imamat 6:6 mengajarkan kita bahwa ibadah sejati adalah tindakan yang berkelanjutan, diperbarui setiap hari, dan didasarkan pada penyerahan total.