Imamat 7:1 Persembahan Kudus

Imamat 7:1

"Tentang korban sembelihan korban keselamatan, haruslah demikian: jikalau ia mempersembahkannya dari lembu, baik jantan maupun betina, maka yang tanpa kecacatan haruslah ia persembahkan di hadapan TUHAN."

Kitab Imamat merupakan bagian penting dari Taurat Musa yang mengatur kehidupan bangsa Israel dalam hubungan mereka dengan Allah. Salah satu aspek krusial dalam hubungan tersebut adalah persembahan. Ayat Imamat 7:1 membuka satu bagian baru yang berbicara tentang "korban keselamatan" (bahasa Ibrani: shelamim). Kata ini sendiri mengandung makna kedamaian, keutuhan, dan hubungan yang baik. Korban keselamatan bukanlah korban penghapus dosa atau korban bakaran, melainkan sebuah persembahan yang menandakan sukacita, rasa syukur, dan persekutuan antara umat Allah dan-Nya. Ini adalah ekspresi kebahagiaan atas berkat-berkat yang diterima, atau sebagai penggenapan janji nazar.

Ayat ini secara spesifik menggarisbawahi bahwa "jikalau ia mempersembahkannya dari lembu, baik jantan maupun betina, maka yang tanpa kecacatan haruslah ia persembahkan di hadapan TUHAN." Penekanan pada "tanpa kecacatan" (Ibrani: tamim) sangatlah fundamental. Ini bukan sekadar persyaratan teknis, melainkan sebuah prinsip teologis yang mendalam. Allah yang kudus dan sempurna menuntut kesempurnaan dari persembahan yang dipersembahkan kepada-Nya. Kualitas persembahan mencerminkan kualitas hubungan dan penghormatan yang diberikan kepada Sang Pencipta. Hewan yang cacat, sakit, atau memiliki kekurangan dianggap tidak layak di hadapan Allah yang adalah sumber segala kebaikan dan kesempurnaan.

Memilih hewan "tanpa kecacatan" dari kawanan lembu, baik jantan maupun betina, menunjukkan bahwa semua makhluk hidup yang dipersembahkan harus memenuhi standar tertinggi. Tidak ada perbedaan prioritas antara jantan atau betina dalam hal kualitasnya. Keseriusan dalam memilih persembahan yang terbaik ini mengajarkan umat Israel untuk memperlakukan Allah dengan hormat dan kekudusan. Dalam konteks modern, prinsip ini bisa kita terapkan bukan hanya pada persembahan materi, tetapi juga pada seluruh aspek kehidupan kita. Apakah kita memberikan yang terbaik dari diri kita, waktu kita, talenta kita, dan sumber daya kita kepada Allah?

Persembahan keselamatan adalah kesempatan untuk mengalami hadirat Allah dalam sukacita. Ketika seseorang mempersembahkan korban keselamatan, sebagian dari hewan tersebut akan dibakar di mezbah sebagai bagian untuk Allah, sebagian diberikan kepada para imam untuk mereka makan, dan sebagian lagi akan dimakan oleh orang yang mempersembahkan dan keluarganya dalam sebuah perjamuan kudus di hadapan mezbah. Ini menggambarkan persekutuan yang erat. Allah hadir dalam perjamuan tersebut, para imam melayani, dan umat menikmati berkat yang diberikan oleh Allah. Tentu saja, semua ini merupakan bayangan dari pengorbanan Kristus di kayu salib yang adalah korban yang sempurna, tanpa cacat, yang mendamaikan kita dengan Allah dan memungkinkan kita untuk hidup dalam persekutuan yang kekal.

Lebih jauh lagi, Imamat 7:1 mengisyaratkan bahwa persembahan ini adalah sebuah tindakan ketaatan. Allah yang menetapkan hukum ini, dan umat yang taat akan menerima berkat dan pemeliharaan dari-Nya. Dalam setiap detail persembahan, mulai dari pemilihan hewan hingga cara penyajiannya, terdapat ajaran penting tentang keadilan, kekudusan, dan kesetiaan. Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan betapa berharganya kesempatan untuk mendekat kepada Allah dan bagaimana kita seharusnya menyambut anugerah tersebut dengan hati yang penuh rasa syukur dan persembahan yang terbaik.