Imamat 8:15 - Persembahan dan Penahiran Harun

"Lalu kau ambillah minyak pengurapan itu dan kau tuangkan ke atas kepala Harun untuk menahbiskan dia."

Simbol Penahiran dan Pengurapan Imamat Minyak Pengurapan Melambangkan Kekudusan dan Pemberdayaan
Ilustrasi simbolis minyak pengurapan sebagai lambang penahiran dan pengudusan.

Kitab Imamat adalah salah satu kitab paling penting dalam Perjanjian Lama, yang memuat hukum-hukum dan ritual yang diberikan oleh Tuhan kepada bangsa Israel. Di dalamnya, tertuang detail-detail tentang ibadah, persembahan, dan kehidupan kudus yang harus dijalani oleh umat pilihan-Nya. Ayat Imamat 8:15 secara spesifik menyoroti momen krusial dalam sejarah keimamatan bangsa Israel: penahiran Harun dan putra-putranya sebagai imam-imam yang ditunjuk untuk melayani Tuhan. Perintah untuk mengambil minyak pengurapan dan menuangkannya ke atas kepala Harun bukanlah sekadar ritual simbolis, melainkan sebuah tindakan sakral yang menandakan pemisahan dan penunjukan khusus untuk tugas yang mulia.

Minyak pengurapan dalam tradisi Israel memiliki makna yang sangat mendalam. Komposisinya sendiri sudah diatur secara spesifik oleh Tuhan, yang menunjukkan kekhususan dan kesuciannya. Minyak ini tidak boleh digunakan untuk tujuan lain, melainkan hanya untuk mengurapi para imam, raja, dan terkadang mezbah serta perkakas ibadah. Pengurapan Harun dengan minyak ini bukan hanya menandai dimulainya masa jabatannya sebagai Imam Besar, tetapi juga melambangkan pencurahan Roh Kudus atas dirinya. Ini adalah tanda bahwa ia diberdayakan oleh Tuhan sendiri untuk menjalankan tugas pelayanan yang berat, yang meliputi mempersembahkan korban, menjadi perantara antara Tuhan dan umat-Nya, serta mengajarkan hukum-hukum Tuhan.

Tindakan menuangkan minyak ke atas kepala memiliki arti yang penting. Kepala adalah pusat kendali dan kehormatan seseorang. Dengan mengurapi kepala Harun, Tuhan secara simbolis memberikan otoritas, hikmat, dan kuasa kepada Harun untuk menjalankan perannya sebagai Imam Besar. Ini juga menegaskan bahwa otoritas Harun berasal dari Tuhan, bukan dari dirinya sendiri atau dari manusia. Imamat 8:15 mengingatkan kita bahwa setiap pelayanan yang berkenan kepada Tuhan harus dimulai dengan penunjukan dan pemberdayaan dari-Nya.

Lebih dari sekadar upacara bersejarah, Imamat 8:15 juga memiliki relevansi teologis yang besar. Dalam Perjanjian Baru, Yesus Kristus diidentifikasi sebagai Imam Besar Agung kita, yang diurapi oleh Roh Kudus. Ia adalah Dia yang menumpahkan darah-Nya sendiri sebagai korban tertinggi untuk penebusan dosa-dosa umat manusia. Pengurapan Harun menjadi bayangan dan janji bagi kedatangan Kristus, Sang Mesias yang diurapi, yang memenuhi segala sesuatu yang disimbolkan dalam ritual keimamatan Perjanjian Lama. Kita sebagai orang percaya juga telah "diurapi" oleh Roh Kudus, yang memampukan kita untuk melayani Tuhan dalam cara kita masing-masing, menjadi "imamat yang rajani," sebagaimana tertulis dalam 1 Petrus 2:9. Ayat ini menjadi pengingat akan kekudusan, otoritas, dan pemberdayaan ilahi yang menyertai panggilan untuk melayani Tuhan.