Imamat 8:16

"Dan ia mengambil darah itu dan membubuhkannya pada tanduk-tanduk mezbah itu dengan jarinya, dan menguduskan mezbah itu dengan menguduskannya."

Mukjizat Ketaatan untuk Kemuliaan Tuhan

Ayat Imamat 8:16 menceritakan momen krusial dalam upacara pentahbisan Harun dan putra-putranya sebagai imam di hadapan Tuhan. Tindakan Harun, yang dipandu oleh Musa, untuk mengambil darah dan membubuhkannya pada tanduk-tanduk mezbah, bukanlah sekadar ritual seremonial biasa. Ini adalah representasi visual dari pembersihan, pengudusan, dan persiapan untuk melayani Tuhan. Darah yang dipersembahkan menjadi lambang penebusan dosa dan pemulihan hubungan antara umat Tuhan dengan Sang Pencipta.

Tanduk-tanduk mezbah memiliki makna simbolis yang mendalam. Dalam konteks Perjanjian Lama, tanduk sering dikaitkan dengan kekuatan dan kekuasaan. Dengan membubuhkan darah pada tanduk-tanduk mezbah, Harun secara efektif menyatakan bahwa mezbah itu, dan oleh karena itu, pelayanan yang akan dilakukan di atasnya, dikuduskan dan diberi kuasa oleh pengorbanan yang sah di mata Tuhan. Ini menegaskan bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan ibadah dan persembahan harus melalui jalan yang telah ditetapkan oleh Tuhan, yaitu melalui pengorbanan yang menutupi dosa.

Ketaatan Harun dalam melaksanakan perintah ini menjadi contoh penting bagi setiap orang yang terpanggil untuk melayani. Musa tidak mengubah atau mengurangi perintah yang diberikan Tuhan. Sebaliknya, Harun dan keluarganya dengan setia melaksanakan setiap detailnya. Ketaatan inilah yang membawa berkat dan pengudusan. Dalam konteks yang lebih luas, tindakan ini mengingatkan kita bahwa pelayanan yang sejati kepada Tuhan tidak didasarkan pada kemampuan manusia semata, tetapi pada ketaatan yang tulus terhadap firman-Nya. Ketika kita bersedia untuk taat, Tuhan sendiri yang akan menguduskan pekerjaan tangan kita dan membuatnya berkenan di hadapan-Nya.

Makna pengudusan mezbah ini terus bergema hingga saat ini. Bagi kita, Yesus Kristus adalah Imam Besar Agung yang pengorbanan-Nya yang sempurna dan darah-Nya yang tertumpah di kayu salib telah menguduskan kita dan menjadi jalan bagi kita untuk mendekat kepada Tuhan. Seperti Harun yang menguduskan mezbah fisik, Kristus telah menguduskan kita secara rohani, membebaskan kita dari belenggu dosa, dan mempersiapkan kita untuk menjadi umat yang kudus dan berkenan di hadapan Bapa.

Memahami Imamat 8:16 membawa kita pada refleksi mendalam tentang esensi ibadah Kristen. Ibadah kita tidak lagi terbatas pada ritual formal di mezbah fisik, tetapi adalah ibadah yang hidup dan terus-menerus, di mana hati kita dikuduskan oleh Roh Kudus. Ketaatan kita dalam mengikut Kristus, dalam mempraktikkan kasih, keadilan, dan belas kasihan, adalah persembahan yang kudus dan harum di hadapan Tuhan. Setiap tindakan ketaatan, sekecil apapun, ketika dilakukan karena kasih kepada Tuhan dan sesama, adalah bagian dari pengudusan diri kita yang terus berlangsung, mempersiapkan kita untuk kehidupan kekal bersama-Nya. Mari kita senantiasa meneladani ketaatan Harun, dengan penuh iman menerima pengudusan yang telah dikerjakan Kristus, dan mempersembahkan hidup kita sebagai ibadah yang kudus bagi kemuliaan Tuhan.