Simbol Kemah Suci

Imamat 8:29 - Pelayanan Harun & Putra-putranya

"Dan Musa mengambil sebagian dari minyak itu, dari darah yang ada di atas mezbah, dan memercikkannya kepada Harun dan kepada pakaiannya, dan kepada putra-putranya dan kepada pakaian putra-putranya, sedemikian rupa sehingga ia menyucikan Harun dan pakaiannya, dan menyucikan putra-putranya dan pakaian putra-putranya."

Ayat ini dari Imamat 8:29 menggambarkan momen penting dalam sejarah umat Israel, yaitu penahbisan Harun dan putra-putranya sebagai imam-imam pertama di bawah perjanjian yang baru dibentuk dengan Allah. Peristiwa ini terjadi di padang gurun, tak lama setelah pembangunan Kemah Suci, pusat ibadah dan kehadiran Allah di antara umat-Nya. Tindakan Musa sebagai nabi dan pemimpin yang diutus Allah menjadi kunci dalam upacara sakral ini.

Proses penahbisan ini bukanlah sekadar formalitas, melainkan serangkaian ritual yang sarat makna teologis. Penggunaan darah dan minyak dari mezbah korban untuk memercikkan kepada Harun dan putra-putranya menunjukkan konsep penyucian yang radikal. Darah di sini melambangkan pengorbanan dan penebusan, sementara minyak melambangkan pengurapan dan kuasa Roh Kudus. Kombinasi keduanya menegaskan bahwa pelayanan sebagai imam di hadapan Allah tidak dapat dilakukan dengan kemampuan manusia semata, melainkan harus melalui perantaraan pengorbanan dan didasarkan pada anugerah serta kuasa dari Allah sendiri.

Penyucian ini tidak hanya ditujukan pada tubuh para imam, tetapi juga pada pakaian mereka. Pakaian imam adalah simbol dari peran dan tanggung jawab mereka. Dengan menyucikan pakaian mereka, Allah menekankan bahwa setiap aspek pelayanan, mulai dari persiapan diri hingga pelaksanaan tugas, haruslah kudus dan berkenan di hadapan-Nya. Ini adalah pengingat bahwa Allah adalah kudus, dan siapa pun yang mendekat kepada-Nya harus membawa hati dan kehidupan yang telah disucikan.

Kisah penahbisan Harun dan putra-putranya yang tercatat dalam Imamat 8:29 memiliki relevansi yang mendalam bagi pemahaman kita tentang ibadah dan pelayanan Kristen. Yesus Kristus, Imam Besar Agung kita, telah melalui pengorbanan sempurna di kayu salib untuk menyucikan kita. Melalui iman kepada-Nya, kita, orang percaya, juga dipanggil untuk menjadi "imam-imam yang kudus" (1 Petrus 2:5), yang melayani Allah dengan hati yang tulus dan kehidupan yang dikuduskan. Peristiwa di Imamat ini menjadi bayangan yang indah akan karya penebusan Kristus yang menjadikan kita layak untuk menghadap Allah.

Penahbisan ini juga menekankan pentingnya keturunan rohani dan keberlangsungan pelayanan. Harun dan putra-putranya mewakili generasi pertama imam yang meneruskan tugas pelayanan kepada umat Israel. Ini mengingatkan kita akan tanggung jawab untuk mempersiapkan generasi mendatang dalam pelayanan kepada Allah, baik melalui pengajaran maupun teladan hidup yang kudus. Peran mereka sebagai perantara antara Allah dan umat-Nya adalah peran yang sangat penting dan membutuhkan kesucian serta dedikasi penuh.

Secara keseluruhan, Imamat 8:29 bukan hanya catatan historis, tetapi juga pengajaran teologis yang kaya makna. Ia berbicara tentang kekudusan Allah, kebutuhan akan penebusan dan penyucian, serta panggilan untuk melayani Dia dengan segala kesungguhan. Ini adalah dasar bagi semua bentuk ibadah dan pelayanan yang benar di hadapan Allah, baik di masa Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.