Imamat 9:20

"Juga bahu yang telah dikuduskan dan pantat yang telah diangkat itu diambilnya dan dipersembahkannya sebagai persembahan unjukan di depan TUHAN, seperti yang diperintahkan kepada Musa."

Simbol Pengorbanan dan Kesucian

Ayat Imamat 9:20 membawa kita kembali ke momen penting dalam sejarah Israel, yaitu saat upacara pentahbisan Harun dan anak-anaknya sebagai imam-imam pertama dalam perjanjian baru dengan Allah. Perintah-perintah yang diberikan Musa bukanlah sekadar ritual belaka, melainkan serangkaian tindakan simbolis yang mendalam, menunjuk pada kebenaran ilahi yang lebih besar.

Fokus pada "bahu yang telah dikuduskan dan pantat yang telah diangkat" dalam persembahan unjukan memiliki makna teologis yang kaya. Bahu melambangkan kekuatan dan kemampuan untuk memikul tanggung jawab. Dalam konteks ini, bahu yang dikuduskan menunjukkan bahwa kekuatan seorang imam dipersembahkan sepenuhnya kepada Allah, siap untuk melayani umat-Nya dengan kesetiaan dan integritas.

Sementara itu, "pantat yang diangkat" atau bagian lemak di sekitar pinggul, sering kali diasosiasikan dengan kekayaan dan kemakmuran. Persembahan bagian ini menegaskan bahwa segala sesuatu yang dimiliki dan dihasilkan oleh umat Allah, termasuk kemakmuran materi, harus dikembalikan kepada sumbernya, yaitu Allah sendiri. Ini mengajarkan prinsip kerendahan hati dan pengakuan bahwa segala berkat berasal dari Dia.

Yang krusial dari ayat ini adalah penekanan bahwa seluruh proses ini dilakukan "seperti yang diperintahkan kepada Musa." Hal ini menunjukkan ketaatan mutlak terhadap firman Allah. Allah bukanlah Tuhan yang memberikan instruksi yang ambigu; Dia memberikan tuntunan yang jelas, dan ketaatan terhadap tuntunan tersebut adalah kunci penerimaan dan hubungan yang benar dengan-Nya. Kesalahan sekecil apa pun dalam upacara persembahan dapat berakibat fatal, menunjukkan betapa seriusnya Allah memandang kekudusan dan ketepatan dalam penyembahan.

Imamat 9:20, bersama dengan ayat-ayat di sekitarnya, berfungsi sebagai fondasi bagi seluruh sistem ibadah Israel. Ini adalah pengingat konstan bahwa pendekatan kepada Allah harus selalu sesuai dengan standar-Nya. Pengorbanan, khususnya bagian-bagian yang dipilih dengan cermat, menjadi sarana bagi umat Allah untuk menutupi dosa mereka dan mendekat kepada pribadi Allah yang kudus.

Di luar konteks sejarah Israel, ayat ini juga menawarkan pelajaran berharga bagi umat percaya masa kini. Ia mengajarkan pentingnya mempersembahkan seluruh hidup kita kepada Allah – kekuatan, kemampuan, waktu, dan sumber daya kita. Menguduskan diri berarti mendedikasikan segala yang kita miliki untuk pekerjaan dan kemuliaan-Nya. Ini adalah panggilan untuk hidup dalam ketaatan, mengenali bahwa segala yang kita miliki adalah anugerah yang harus dikelola dengan bijaksana demi kemuliaan Sang Pemberi.

Persembahan unjukan yang dilakukan sebagai simbol kebahagiaan dan pengakuan atas berkat Allah, menegaskan bahwa ibadah kita tidak hanya tentang menutupi kekurangan, tetapi juga tentang sukacita dalam hubungan dengan Tuhan. Ketika kita mengingat Imamat 9:20, kita diingatkan akan pentingnya ketepatan, kekudusan, dan penyerahan diri total dalam setiap aspek ibadah kita kepada Tuhan.