Ketaatan Harun dan Makna Persembahan
Ayat Imamat 9:21 menggambarkan momen penting dalam upacara ibadah bangsa Israel yang baru saja dimulai. Setelah Tuhan menetapkan hukum-hukum dan ritual persembahan, Harun, imam besar, dengan setia melaksanakan perintah-Nya. Perintah untuk mempersembahkan seluruh bagian yang telah ditentukan di atas mezbah menunjukkan pentingnya ketundukan total kepada Tuhan. Ini bukan hanya sekadar ritual kosong, tetapi tindakan iman yang menegaskan kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu, termasuk kehidupan dan kesejahteraan umat-Nya.
Persembahan yang dibakar di mezbah menghasilkan "harum-haruman yang menyenangkan bagi TUHAN". Ungkapan ini sering muncul dalam Kitab Imamat dan Perjanjian Lama untuk menggambarkan kesukaan dan penerimaan Tuhan terhadap persembahan yang dipersembahkan dengan hati yang benar dan sesuai dengan kehendak-Nya. Ini menekankan bahwa Tuhan tidak hanya melihat apa yang dipersembahkan, tetapi juga bagaimana hal itu dipersembahkan—dengan hati yang tulus, ketaatan, dan pengabdian.
Lebih dari Sekadar Daging dan Darah
Imamat 9:21 mengingatkan kita bahwa persembahan kepada Tuhan melampaui sekadar materi. Meskipun bangsa Israel mempersembahkan hewan dan hasil bumi, makna spiritualnya jauh lebih dalam. Persembahan tersebut adalah simbol dari penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Ini mencakup penyerahan kehendak pribadi, ketergantungan pada pemeliharaan ilahi, dan pengakuan dosa yang membutuhkan penebusan. Ketaatan Harun dalam melaksanakan instruksi Tuhan secara presisi adalah teladan bagi kita. Di era modern ini, persembahan kita kepada Tuhan bisa berupa waktu, talenta, sumber daya, dan yang terpenting, hati yang tunduk dan mengasihi.
Fokus pada "harum-haruman yang menyenangkan" juga memberi kita wawasan tentang bagaimana kita dapat mendekati Tuhan. Tuhan mencari hubungan yang tulus, bukan sekadar perayaan lahiriah. Ketika hati kita dipenuhi dengan rasa syukur, penyesalan, dan keinginan untuk memuliakan-Nya, setiap tindakan ketaatan kita, sekecil apapun, akan menjadi "harum-haruman yang menyenangkan" bagi-Nya. Imamat 9:21, melalui kisah Harun, mengajarkan kita bahwa ibadah yang sejati lahir dari hati yang mengasihi dan taat, serta siap menyerahkan segala sesuatu kepada kehendak Sang Pencipta.