Imamat 9:5 - Persembahan Musa dan Harun

"Dan kamu harus membawa binatang-binatang yang dipersembahkan untuk korban bakaran itu di hadapan Kemah Pertemuan, di hadapan TUHAN."

Simbol Kemah Pertemuan

Imamat pasal 9 membuka lembaran baru dalam kisah umat Israel, yaitu masa di mana ibadah dan penyembahan kepada Tuhan diformalkan melalui penetapan imam dan persembahan yang kudus. Ayat kelima dari pasal ini, yang berbunyi, "Dan kamu harus membawa binatang-binatang yang dipersembahkan untuk korban bakaran itu di hadapan Kemah Pertemuan, di hadapan TUHAN," menjadi instruksi krusial yang mengawali rangkaian ibadah perdana yang dipimpin oleh Musa dan Harun. Perintah ini bukan sekadar ritual belaka, melainkan sebuah fondasi penting dalam hubungan antara Allah dengan umat pilihan-Nya.

Konteks Pentingnya Perintah Ini Perintah ini muncul setelah penetapan Harun dan putra-putranya sebagai imam. Tuhan memberikan instruksi terperinci mengenai bagaimana ibadah harus dilakukan. Membawa persembahan ke hadapan Kemah Pertemuan, tempat yang dipilih Tuhan untuk berdiam di antara umat-Nya, menekankan aspek kekudusan dan kedekatan ilahi. "Di hadapan TUHAN" bukan hanya berarti di lokasi fisik, tetapi juga dalam kesadaran akan kehadiran Tuhan yang mahatahu dan mahakudus. Hal ini menuntut umat untuk mendekat dengan hati yang tulus dan rasa hormat yang mendalam.

Makna Persembahan Korban Bakaran Korban bakaran (olat) memiliki makna yang sangat mendalam. Seluruh persembahan dibakar habis di mezbah, melambangkan penyerahan total dan pengabdian diri sepenuhnya kepada Tuhan. Ini adalah ekspresi penundukan diri, pengakuan atas kedaulatan Tuhan, dan permohonan pengampunan serta rekonsiliasi. Dengan membawa binatang korban bakaran ke hadapan Kemah Pertemuan, umat Israel secara simbolis menyerahkan diri mereka, keinginan mereka, dan segala sesuatu yang mereka miliki kepada kehendak ilahi. Ini adalah tindakan iman yang menyatakan kepercayaan bahwa melalui persembahan ini, mereka dapat diterima di hadapan Tuhan yang kudus.

Peran Kemah Pertemuan Kemah Pertemuan berfungsi sebagai pusat ibadah dan tempat Tuhan menyatakan kehadiran-Nya. Ia adalah pengingat fisik akan perjanjian Tuhan dengan Israel dan kasih karunia-Nya untuk tinggal bersama mereka. Membawa persembahan ke sana menunjukkan bahwa ibadah yang benar harus dilakukan sesuai dengan aturan dan tempat yang telah ditetapkan Tuhan. Ini mencegah ibadah yang sembarangan atau berdasarkan keinginan pribadi, dan mengarahkan umat pada penyembahan yang terstruktur dan kudus, yang berpusat pada Tuhan itu sendiri.

Relevansi bagi Kehidupan Modern Meskipun kita tidak lagi mempersembahkan korban hewan seperti di Perjanjian Lama, prinsip di balik Imamat 9:5 tetap relevan. Kita dipanggil untuk membawa diri kita sendiri—pikiran, perkataan, dan perbuatan—sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Tuhan (Roma 12:1). Kita harus mendekat kepada Tuhan dengan rasa hormat, kesadaran akan kehadiran-Nya, dan hati yang siap untuk tunduk pada kehendak-Nya. Kemah Pertemuan pada masa itu mengingatkan kita akan pentingnya tempat dan cara ibadah yang benar, yang berfokus pada Kristus sebagai Imam Besar dan korban sempurna kita. Dengan merenungkan ayat ini, kita diajak untuk terus memperbaiki cara kita beribadah, memastikan bahwa segala yang kita lakukan adalah ekspresi dari iman, penyerahan diri, dan kasih kepada Tuhan.