Opal, Ebi, dan Paya, Arpakhsad, dan Shelakh, lalu Eber.
Ayat dari Kitab Kejadian ini membuka jendela kecil ke dalam silsilah yang sangat tua, sebuah catatan penting mengenai keturunan Nuh setelah Air Bah. Kejadian 10:29 secara spesifik menyebutkan nama-nama anak atau cucu dari Eber, yang merupakan bagian dari garis keturunan Sem, salah satu putra Nuh. Nama-nama seperti Opal, Ebi, Paya, Arpakhsad, Shelakh, dan Eber sendiri merupakan bagian dari narasi yang luas mengenai perluasan populasi manusia dan pembentukan berbagai bangsa di bumi. Ayat ini menjadi fundamental dalam memahami bagaimana dunia mulai terisi kembali dan bagaimana berbagai kelompok etnis serta bahasa diperkirakan bermula.
Dalam konteks yang lebih luas, pasal 10 dari Kitab Kejadian sering disebut sebagai "Tabel Bangsa-Bangsa". Tabel ini bertujuan untuk menjelaskan asal-usul berbagai bangsa di dunia kuno, yang dikaitkan dengan keturunan dari ketiga putra Nuh: Sem, Ham, dan Yafet. Ayat 10:29 secara spesifik menyoroti keturunan dari Sem, yang merupakan leluhur dari bangsa-bangsa di wilayah Timur Tengah. Nama-nama yang disebutkan di sini tidak hanya sekadar daftar genealogi; mereka mewakili fondasi dari suku-suku dan kerajaan-kerajaan yang akan berkembang di kemudian hari. Pemahaman tentang silsilah ini penting bagi para ahli teologi dan sejarah untuk melacak pergerakan populasi dan hubungan antar kelompok manusia di masa prasejarah.
Kejadian 10:29, meskipun singkat, membawa bobot historis dan teologis yang signifikan. Nama-nama yang disebut di sini, seperti Arpakhsad dan Shelakh, muncul dalam silsilah penting lainnya dalam Alkitab, yang mengarah pada tokoh-tokoh kunci seperti Abraham. Ayat ini secara implisit menghubungkan semua manusia dengan satu nenek moyang bersama, yaitu Nuh dan keluarganya, yang selamat dari peristiwa Air Bah. Ini menekankan unitas umat manusia yang berasal dari satu sumber, sebelum kemudian menyebar dan terdiferensiasi menjadi berbagai bangsa dengan bahasa dan budaya yang beragam. Kejadian 10:29 adalah permulaan dari pemahaman tentang keragaman etnis yang dicatat dalam Kitab Suci.
Penyebutan nama-nama ini juga sering dikaitkan dengan gagasan tentang asal-usul bahasa. Meskipun Kejadian 11 menjelaskan peristiwa Menara Babel sebagai titik pemecahan bahasa universal menjadi berbagai bahasa, akar dari keragaman linguistik dapat dilihat sebagai proses bertahap yang dimulai jauh sebelumnya. Kejadian 10:29 memberikan petunjuk awal tentang bagaimana kelompok-kelompok manusia yang terkait secara genealogi mulai mengukir identitas mereka sendiri, yang pada akhirnya akan tercermin dalam perbedaan bahasa dan dialek. Mempelajari daftar keturunan seperti ini membantu kita menghargai kerumitan sejarah manusia dan bagaimana kekayaan budaya serta linguistik dunia terbentuk dari akar yang sama.