Kejadian 15:8 - Pertanyaan Abraham dan Jaminan Allah

"Tetapi sahut Abram: "Ya Tuhan ALLAH, dari manakah aku tahu, bahwa aku akan memilikinya?""

Kisah di dalam Kitab Kejadian pasal 15 mencatat momen penting dalam perjalanan iman Abraham. Setelah berulang kali dijanjikan oleh Tuhan bahwa ia akan memiliki keturunan yang banyak, Abraham masih bergumul dengan keraguan. Ayat kedelapan, "Tetapi sahut Abram: 'Ya Tuhan ALLAH, dari manakah aku tahu, bahwa aku akan memilikinya?'", menjadi ungkapan kejujuran hati Abraham di hadapan Sang Pencipta. Pertanyaan ini bukanlah tanda ketidakpercayaan, melainkan sebuah ekspresi kerinduan dan kebutuhan akan kepastian dari Allah sendiri.

Abraham telah melalui banyak hal. Ia telah meninggalkan tanah airnya, keluarganya, dan segala kenyamanan yang ia kenal, semua atas perintah Allah. Ia telah menghadapi tantangan, kehilangan, dan mungkin juga kesepian. Di usianya yang semakin lanjut, dan tanpa adanya penerus dari rahim Sara, janji tentang keturunan yang tak terhitung jumlahnya terasa semakin jauh dari kenyataan. Dalam situasi seperti ini, wajar jika muncul pertanyaan di dalam hati, "Bagaimana ini bisa terjadi? Apa buktinya bagiku?"

Menariknya, Allah tidak marah atau menghakimi keraguan Abraham. Sebaliknya, Tuhan memilih untuk memberikan jaminan yang lebih kuat dan konkret. Allah menjawab keraguan Abraham bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan sebuah ritual yang penuh makna dan simbolisme. Melalui pemotongan hewan, yang merupakan praktik perjanjian pada zaman kuno, Allah menunjukkan keseriusan-Nya dalam menepati janji. Allah berjanji, jika Ia tidak menepati janji-Nya, maka Ia sendiri yang patut dihukum seperti hewan-hewan yang terpotong itu.

Peristiwa ini menjadi dasar teologis yang kuat tentang perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Ini menunjukkan bahwa Allah mengerti keterbatasan manusia, keraguan yang muncul akibat keadaan, dan kebutuhan akan kepastian. Jawaban Allah kepada Abraham bukanlah sekadar janji verbal, melainkan sebuah peneguhan ilahi yang mendalam, menanamkan iman yang teguh dalam hati Abraham dan menjadi warisan iman bagi generasi selanjutnya. Kejadian 15:8 mengajarkan kita bahwa Allah sanggup dan mau menjawab pertanyaan iman kita, seringkali dengan cara yang melampaui pemahaman kita, meneguhkan kembali kasih dan kesetiaan-Nya.

Kisah ini terus relevan hingga kini. Bagi kita yang mungkin sedang bergumul dengan janji-janji Tuhan dalam hidup kita, yang menghadapi ketidakpastian atau keraguan, kita dapat belajar dari Abraham. Kejujuran dalam menyampaikan pergumulan kita kepada Allah adalah langkah pertama. Dan seperti yang ditunjukkan oleh respons Allah kepada Abraham, Dia adalah Allah yang setia, yang akan memberikan kepastian dan menguatkan iman kita. Janji-Nya dalam Kejadian 15:8, dan seluruh narasi di sekitarnya, adalah pengingat abadi akan karakter Allah yang dapat diandalkan, yang selalu bekerja untuk kebaikan umat-Nya, bahkan di tengah keraguan tergelap sekalipun.