Ayat Kejadian 15:9 merupakan bagian dari narasi penting dalam Kitab Kejadian, yang menceritakan tentang perjanjian Allah dengan Abraham. Peristiwa ini terjadi pada masa ketika Abraham, yang pada awalnya bernama Abram, sedang merenungkan janji Tuhan mengenai keturunannya yang akan menjadi bangsa yang besar. Ia merasakan keraguan dan ketidakpastian, terutama karena ia belum memiliki anak dari istrinya, Sarai.
Dalam konteks ini, Allah datang kepada Abram dalam sebuah penglihatan dan meneguhkan kembali janji-Nya. Perintah untuk menyiapkan persembahan korban, yaitu seekor betina berumur tiga tahun (sapi betina, kambing betina, dan domba betina), serta seekor ayam jantan dan seekor anak merpati, bukanlah sekadar ritual keagamaan. Ini adalah tindakan simbolis yang mendalam dan memiliki makna teologis yang kaya.
Dalam tradisi perjanjian kuno, pemotongan hewan kurban dan peletakan potongan-potongannya di kedua sisi jalan, di mana para pihak yang membuat perjanjian akan berjalan di antara potongan-potongan tersebut, melambangkan konsekuensi dari pelanggaran perjanjian. Jika salah satu pihak melanggar, ia akan diperlakukan seperti hewan-hewan yang terpotong itu. Namun, dalam perjanjian Allah dengan Abram, hanya Allah yang digambarkan berjalan melalui potongan-potongan tersebut, menunjukkan bahwa Dialah yang menjamin kesetiaan perjanjian-Nya, meskipun manusia seringkali lemah dan tidak setia.
Ketetapan umur tiga tahun untuk hewan betina menunjukkan kedewasaan dan kesiapan untuk dikorbankan. Ini melambangkan pemberian yang terbaik, yang utuh dan berkualitas. Ayam jantan dan anak merpati mungkin melambangkan kebutuhan akan pengampunan dan pemulihan. Secara keseluruhan, persembahan ini adalah fondasi visual dan spiritual dari janji yang akan diberikan Allah kepada Abraham.
Kejadian 15:9 ini secara khusus menyoroti elemen-elemen korban yang disiapkan. Pemilihan hewan-hewan ini menjadi latar belakang bagi peneguhan kembali perjanjian Allah. Perjanjian ini sangat krusial karena Allah menjanjikan kepada Abraham bahwa ia akan memiliki keturunan yang sangat banyak, seperti bintang-bintang di langit dan pasir di tepi laut, dan bahwa tanah Kanaan akan diberikan kepada keturunannya sebagai milik pusaka yang kekal. Janji ini menjadi dasar bagi pembentukan bangsa Israel.
Lebih jauh lagi, peneguhan perjanjian ini memiliki resonansi yang meluas hingga ke masa depan. Keturunan Abraham yang dijanjikan akan melahirkan raja-raja, dan bahkan yang paling penting, melalui garis keturunan Abraham akan lahir Juruselamat dunia. Dalam iman Kristen, Yesus Kristus dipandang sebagai penggenapan tertinggi dari perjanjian yang dimulai dengan Abraham, terutama melalui garis keturunan Raja Daud, yang juga merupakan keturunan Abraham.
Dengan demikian, Kejadian 15:9 bukan sekadar catatan tentang sebuah ritual kuno, melainkan sebuah pengingat akan kesetiaan Allah yang tak tergoyahkan dan janji-Nya yang kekal. Ayat ini menanamkan benih harapan dan keyakinan bahwa Allah selalu berinisiatif dalam hubungan-Nya dengan umat manusia, menyediakan jalan keselamatan dan memelihara janji-janji-Nya melalui berbagai tahapan sejarah keselamatan, hingga kepada penebusan yang sempurna.