Ayat ini, Kisah Para Rasul 3:11, mengisahkan salah satu momen paling dramatis dan transformatif dalam sejarah awal gereja. Peristiwa ini tidak hanya menandai kesembuhan luar biasa bagi seorang pria yang telah lumpuh seumur hidupnya, tetapi juga menjadi katalis bagi pertumbuhan iman dan keberanian para rasul, serta menarik perhatian ribuan orang di Yerusalem. Keindahan narasi dalam pasal ketiga Kisah Para Rasul ini terletak pada perpaduan antara kuasa ilahi yang nyata dan reaksi manusia yang penuh kekaguman.
Sebelum ayat ini, kita membaca tentang Petrus dan Yohanes yang berjalan ke Bait Allah pada waktu sembahyang, yaitu jam tiga petang. Di sana, mereka melihat seorang pria yang telah lumpuh sejak lahir duduk di dekat gerbang Bait Allah yang dikenal sebagai Gerbang Indah. Kebutuhan dan penderitaan pria itu begitu nyata, ia meminta sedekah dari setiap orang yang lewat. Namun, Petrus, dengan keyakinan penuh yang diilhami oleh Roh Kudus, menatap pria itu dan berkata, "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, bangunlah dan berjalanlah!"
Saat Petrus mengucapkan kata-kata kuasa itu, mukjizat terjadi. Kaki dan pergelangan kaki pria yang lumpuh itu seketika menjadi kuat. Ia melompat berdiri dan mulai berjalan, bahkan berlari, sambil memuji Tuhan. Kejadian ini tentu saja menarik perhatian semua orang yang melihatnya. Kegembiraan dan rasa syukur pria itu sangat luar biasa, ia tidak mau melepaskan Petrus dan Yohanes.
Di sinilah ayat 3:11 menjadi sangat relevan. Kesaksian akan mukjizat ini menyebar dengan cepat. Penduduk Yerusalem, yang sudah mengenal pria itu sebagai orang yang lumpuh seumur hidupnya, tidak dapat menyangkal apa yang telah terjadi. Akibatnya, mereka "bergegaslah seluruh umat datang ke serambi yang mereka namakan Serambi Salomo, dengan penuh keheranan." Keheranan ini bukanlah sekadar rasa ingin tahu, tetapi lebih merupakan pengakuan akan kuasa yang bekerja melalui para rasul. Mereka menyaksikan bukti nyata dari kebangkitan Yesus Kristus, pesan inti yang terus-menerus diberitakan oleh para pengikut-Nya.
Serambi Salomo, sebuah bagian dari kompleks Bait Allah, menjadi saksi bisu dari peristiwa ini. Kerumunan orang yang datang dengan "penuh keheranan" menciptakan suasana yang luar biasa. Ini adalah momen ketika iman Kristen mulai mendapatkan pijakan di hadapan publik Yerusalem. Petrus, melihat kesempatan ini, tidak menyia-nyiakannya. Ia berdiri di hadapan mereka dan dengan tegas memberitakan tentang Yesus Kristus, menyalahkan mereka atas kematian-Nya, namun juga menawarkan pengampunan dan keselamatan melalui pertobatan dan iman kepada Kristus. Kisah ini menunjukkan bagaimana mukjizat menjadi landasan bagi pemberitaan Injil, sebuah perpaduan antara tanda dan firman yang membawa perubahan.
Kisah Rasul 3:11 mengingatkan kita bahwa kuasa Tuhan mampu melakukan hal-hal yang mustahil. Lebih dari itu, ia menunjukkan bagaimana tindakan iman yang berani dapat membawa dampak besar, tidak hanya bagi individu yang menerima anugerah, tetapi juga bagi komunitas yang menyaksikannya. Keheranan yang timbul dari mukjizat ini menjadi pintu gerbang bagi ribuan jiwa untuk mendengar dan menerima kabar baik tentang Yesus Kristus.