"Berkatalah Abram kepada Sarai: "Telah terserah kepadamu Hagar, isterimu itu; perbuatlah kepadanya apa yang engkau pandang baik.""
Ayat keenam dari pasal keenam belas Kitab Kejadian ini menandai sebuah titik penting dalam narasi tentang keluarga Abraham dan Sara. Kejadian 16:6 bukanlah sekadar dialog biasa, melainkan sebuah momen krusial yang membuka jalan bagi peristiwa-peristiwa selanjutnya yang memiliki implikasi mendalam bagi sejarah keselamatan.
Pada titik ini, Sara, istri Abraham, belum juga dikaruniai anak. Janji Tuhan mengenai keturunan yang banyak untuk Abraham tampaknya masih belum terwujud. Dalam ketidak sabaran dan mungkin karena desakan budaya pada masa itu yang memandang status seorang wanita sangat ditentukan oleh kemampuannya melahirkan keturunan, Sara mengambil langkah drastis. Ia memberikan hambanya, Hagar, seorang perempuan Mesir, kepada Abraham untuk menjadi istri.
Ucapkan kata-kata Sara kepada Abraham, "Telah terserah kepadamu Hagar, isterimu itu; perbuatlah kepadanya apa yang engkau pandang baik," menunjukkan penyerahan penuh wewenang atas Hagar kepada suaminya. Ini bukan hanya tentang menyerahkan seorang budak, tetapi juga tentang menyerahkan harapan untuk memiliki anak melalui cara yang dianggapnya paling mungkin saat itu. Abraham, yang tampaknya menerima usulan ini, kemudian mengambil Hagar sebagai istrinya.
Peristiwa ini adalah cerminan kompleksitas hubungan manusia dan cara Tuhan bekerja dalam rencana-Nya, bahkan melalui cara-cara yang tidak selalu ideal atau sesuai dengan harapan murni. Keinginan untuk memenuhi janji Ilahi terkadang berbenturan dengan ketidak percayaan dan keterbatasan pemahaman manusia. Dari tindakan Sara ini, lahirlah Ismail. Kelahiran Ismail akan membawa konsekuensi yang signifikan, baik bagi keluarga Abraham itu sendiri maupun dalam pembentukan identitas bangsa-bangsa di kemudian hari.
Kisah Hagar dan Ismail kemudian menjadi bagian integral dari narasi tentang Abraham, yang diyakini sebagai bapa banyak bangsa. Meskipun bukan melalui jalan yang direncanakan Tuhan secara langsung untuk memenuhi janji keturunan utama, kehadiran Ismail mengingatkan kita bahwa rencana Tuhan seringkali jauh melampaui pemahaman dan kemampuan kita. Hagar, seorang perempuan yang statusnya rendah, menjadi ibu dari seorang anak yang kelak akan menjadi nenek moyang dari bangsa-bangsa besar di Timur Tengah. Keturunan Hagar, seperti yang dinubuatkan, menjadi sebuah realitas yang turut membentuk peta sejarah dunia.
Memahami Kejadian 16:6 juga mengajak kita untuk merenungkan tentang kesabaran, iman, dan bagaimana Tuhan menggunakan segala situasi, termasuk kesalahan dan keterbatasan manusia, untuk menggenapi janji-janji-Nya. Kisah ini terus relevan, mengajarkan tentang pentingnya menanti waktu Tuhan, dan menerima bahwa jalan-Nya seringkali tidak terduga namun selalu penuh makna.