Makna Mendalam di Balik Penegasan Ilahi
Ayat 36:15, atau lebih tepatnya Keluaran 3:15, adalah momen krusial dalam narasi Alkitab. Saat Allah memanggil Musa untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, Dia tidak hanya memberikan tugas, tetapi juga menegaskan identitas-Nya. Penegasan "TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu" bukan sekadar perkenalan biasa. Ini adalah pengingat kuat tentang janji dan perjanjian ilahi yang telah terjalin sejak lama.
Allah mengingatkan Musa, dan melalui Musa, bangsa Israel, bahwa Dia adalah Tuhan yang sama yang telah berinteraksi dengan para leluhur mereka. Dia adalah Tuhan yang telah membuat perjanjian dengan Abraham, Ishak, dan Yakub. Ini menunjukkan kesetiaan-Nya yang tak tergoyahkan kepada umat-Nya, bahkan setelah generasi berlalu dan mereka mengalami penderitaan panjang. Penegasan ini bertujuan untuk membangkitkan iman dan harapan di tengah keputusasaan.
Selanjutnya, frasa "Itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun" sangatlah signifikan. Kata "TUHAN" (dalam bahasa Ibrani YHWH) adalah nama diri Allah yang unik dan kudus. Penegasan ini menggarisbawahi sifat kekal dan tak berubah dari Allah. Dia bukan dewa sementara atau lokal yang hanya ada pada satu masa atau tempat. Keberadaan-Nya abadi, dan identitas-Nya akan terus diakui oleh umat-Nya di setiap generasi.
Bagi bangsa Israel yang sedang tertindas, pengakuan nama dan sifat Allah ini memberikan dasar yang kokoh untuk keyakinan mereka. Mereka tahu bahwa Allah mereka bukanlah sekadar ilahi yang jauh, tetapi Allah yang aktif, yang peduli, dan yang setia pada janji-Nya. Hal ini menjadi kekuatan moral dan spiritual mereka dalam menghadapi kekuatan Mesir yang besar.
Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini berbicara tentang:
- Kesetiaan Allah pada perjanjian-Nya.
- Sifat kekal dan tak berubah dari Allah.
- Pentingnya pengenalan akan Allah yang benar.
- Harapan yang diberikan Allah kepada umat-Nya dalam masa sulit.
Memahami Keluaran 3:15 memberikan perspektif penting tentang hubungan antara Allah dan umat manusia. Ini bukan tentang sebuah ritual atau tradisi semata, tetapi tentang sebuah hubungan pribadi yang didasarkan pada kasih karunia dan kesetiaan ilahi yang abadi. Allah memilih untuk memperkenalkan diri-Nya dengan cara yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memastikan bahwa umat-Nya selalu tahu siapa yang mereka sembah dan siapa yang memelihara mereka.