"Aku akan mendatangkan kehancuran atasmu, dan engkau akan menjadi reruntuhan; mereka akan memukul engkau habis dengan pedang."
Ayat Yehezkiel 35:4 merupakan bagian dari nubuat kenabian yang keras terhadap Edom, sebuah bangsa yang memiliki sejarah panjang keterkaitan dan seringkali permusuhan dengan umat Israel. Pasal ini secara khusus menggambarkan hukuman ilahi yang akan menimpa Edom sebagai konsekuensi dari perbuatan mereka yang keji, terutama kebencian mereka terhadap bangsa Allah. Teks ini bukan sekadar ramalan tentang kehancuran fisik, melainkan juga refleksi dari keadilan ilahi yang akhirnya akan menuntut pertanggungjawaban atas tindakan yang penuh kebencian dan kekerasan.
Kata-kata dalam Yehezkiel 35:4, "Aku akan mendatangkan kehancuran atasmu, dan engkau akan menjadi reruntuhan; mereka akan memukul engkau habis dengan pedang," sangat jelas dan lugas. Tuhan sendiri menyatakan niat-Nya untuk membawa kehancuran mutlak kepada Edom. Ungkapan "menjadi reruntuhan" menggambarkan sebuah kehancuran yang mendalam, di mana tempat yang dulunya penuh kehidupan akan berubah menjadi puing-puing yang sunyi dan terlantar. Ini adalah gambaran tentang kejatuhan total sebuah bangsa, yang tidak hanya fisik tetapi juga secara sosial dan politik.
Lebih lanjut, frasa "mereka akan memukul engkau habis dengan pedang" menekankan cara kehancuran tersebut akan terjadi. Pedang melambangkan peperangan, kekerasan, dan pemusnahan. Ini menunjukkan bahwa Edom akan jatuh melalui tangan musuh-musuhnya, yang diizinkan Tuhan untuk menjadi alat penghukuman-Nya. Tuhan tidak hanya membiarkan hal ini terjadi, tetapi secara aktif "mendatangkan" kehancuran tersebut, menunjukkan bahwa ini adalah tindakan yang diperintahkan dan dikendalikan oleh kekuasaan ilahi.
Konteks historis dan teologis di balik ayat ini sangat penting. Bangsa Edom, keturunan Esau, seringkali memusuhi keturunan Yakub. Mereka menolak permintaan Israel untuk melewati tanah mereka dengan damai selama perjalanan keluar dari Mesir. Dalam Kitab Ratapan, bahkan ada tuduhan bahwa orang Edom bersukacita melihat kehancuran Yerusalem. Perilaku ini mencerminkan kebencian yang mendalam dan kesenangan atas penderitaan umat pilihan Tuhan. Yehezkiel 35 adalah respons ilahi terhadap sikap tersebut. Tuhan menunjukkan bahwa Ia tidak akan membiarkan kekejaman dan kebencian terhadap umat-Nya berlalu tanpa konsekuensi.
Tujuan dari penghukuman ini bukan sekadar pembalasan semata, tetapi juga untuk menegakkan keadilan ilahi dan memuliakan nama Tuhan di mata bangsa-bangsa. Ketika Edom dihancurkan, bangsa-bangsa lain akan mengetahui bahwa Tuhan adalah hakim yang adil dan berkuasa. Ini juga berfungsi sebagai peringatan bagi bangsa-bangsa lain yang mungkin memiliki niat serupa terhadap umat Tuhan. Dalam perspektif yang lebih luas, ayat ini mengingatkan kita bahwa Tuhan memperhatikan bagaimana kita memperlakukan sesama, terutama mereka yang dikasihi-Nya. Kebencian, iri hati, dan kekerasan, terutama yang diarahkan kepada umat Tuhan, akan menghadapi murka ilahi.
Meskipun ayat ini berbicara tentang kehancuran yang spesifik bagi Edom, pesan universalnya tetap relevan. Ini adalah pengingat akan keadilan Tuhan yang tidak pernah gagal. Tuhan melihat segala sesuatu, dan tindakan yang didasari oleh kebencian dan permusuhan terhadap sesama, terlebih lagi terhadap umat-Nya, tidak akan luput dari pandangan-Nya. Yehezkiel 35:4 berdiri sebagai pernyataan kuat tentang komitmen Tuhan untuk keadilan dan kepastian bahwa kejahatan pada akhirnya akan menerima ganjaran yang setimpal.