Kejadian 18:13: Pertanyaan yang Mengubah Segalanya

"Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Abraham: "Mengapakah Sarah tertawa dan berkata: Sungguhkah benar aku akan melahirkan seorang anak, setelah aku sudah menjadi tua?"" (Kejadian 18:13)
Sarah Tuhan Sebuah Keraguan...

Ilustrasi: Pertemuan Abraham dan Tuhan, serta keraguan Sarah.

Ayat Kejadian 18:13 merupakan sebuah momen krusial dalam narasi Alkitab yang melibatkan Abraham, Sarah, dan kunjungan Ilahi. Ayat ini tidak hanya sekadar mencatat sebuah percakapan, tetapi juga mengungkap kedalaman iman, keraguan manusia, dan cara Tuhan merespons keraguan tersebut. Dalam konteks cerita yang lebih luas, ayat ini muncul setelah Tuhan berjanji kepada Abraham bahwa ia akan memiliki keturunan, bahkan akan menjadi bapa banyak bangsa, dan bahwa istrinya, Sarah, yang mandul dan sudah lanjut usia, akan mengandung seorang anak.

Kata-kata Tuhan kepada Abraham, "Mengapakah Sarah tertawa dan berkata: Sungguhkah benar aku akan melahirkan seorang anak, setelah aku sudah menjadi tua?" menunjukkan bahwa Tuhan mengetahui pikiran dan perasaan Sarah, bahkan ketika ia mencoba menyembunyikannya. Sarah tertawa bukan karena ia sedang bersukacita atas janji tersebut, melainkan karena ia merasa janji itu mustahil terjadi mengingat kondisi fisiknya. Usianya yang sudah tua dan statusnya sebagai wanita mandul membuatnya sulit untuk percaya bahwa kehamilan bisa terjadi.

Tawa Sarah dalam Kejadian 18:13 adalah ekspresi dari ketidakpercayaannya yang mendalam. Ia mungkin berpikir bahwa janji itu terdengar seperti lelucon belaka. Namun, respons Tuhan menegaskan bahwa Ia tidak hanya melihat tindakan lahiriah, tetapi juga pergolakan batin umat-Nya. Tuhan menunjukkan bahwa Ia memahami keraguan Sarah dan tidak murka karenanya, melainkan ia memilih untuk memperjelas situasi dan menegaskan kembali janji-Nya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali mirip dengan Sarah. Ketika kita dihadapkan pada janji-janji ilahi atau tantangan hidup yang tampaknya mustahil, keraguan bisa dengan mudah merayap masuk ke dalam hati kita. Kita mungkin merenungkan keterbatasan diri, kesulitan yang ada, atau masa lalu yang penuh kegagalan, dan bertanya-tanya, "Sungguhkah ini bisa terjadi padaku?" Ayat Kejadian 18:13 mengingatkan kita bahwa Tuhan mengetahui setiap keraguan kita. Ia tidak menuntut kesempurnaan iman setiap saat, tetapi Ia mengundang kita untuk dibawa dalam percakapan, di mana kita dapat mengungkapkan keraguan kita kepada-Nya.

Penting untuk dicatat bahwa setelah momen ini, Tuhan melanjutkan untuk mengkonfirmasi janji-Nya. Ini menunjukkan bahwa keraguan manusia tidak menghalangi kedaulatan dan kuasa Tuhan. Sebaliknya, Tuhan menggunakan momen-momen keraguan ini untuk memperdalam iman. Melalui pertanyaan-Nya kepada Abraham, Tuhan memberikan kesempatan bagi Abraham untuk menjelaskan, dan yang lebih penting, bagi Sarah untuk belajar bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Pada akhirnya, Sarah memang mengandung dan melahirkan Ishak, anak perjanjian yang menjadi nenek moyang bangsa Israel, membuktikan bahwa janji Tuhan itu pasti.

Kisah ini bukan hanya tentang Abraham dan Sarah, tetapi juga tentang kita. Ketika kita merasa ragu, ingatlah Kejadian 18:13. Ketahuilah bahwa Tuhan melihat, mendengar, dan memahami. Ia siap untuk menjawab keraguan kita dan menguatkan iman kita, menunjukkan bahwa Ia mampu melakukan jauh lebih besar dari apa yang kita pikirkan atau minta. Janji-janji-Nya selalu ya dan amin, bahkan ketika kondisi duniawi tampak bertentangan dengannya.