Kejadian 18:15 - Allah Mahakuasa dan Janji-Nya

"Tetapi Sara menyangkal, katanya: 'Aku tidak tertawa.' Sebab ia takut. Lalu firman TUHAN kepadanya: 'Tidak, engkau tertawa.'"

Ayat ini, meskipun singkat, menyimpan kedalaman makna tentang sifat Allah dan interaksi-Nya dengan manusia. Dalam konteks Kitab Kejadian pasal 18, kita melihat Allah berdialog dengan Abraham mengenai rencana penghukuman atas kota Sodom dan Gomora. Di tengah percakapan yang intens tersebut, hadir pula Sara, istri Abraham, yang mendengarkan dari tenda.

Ketika Allah menyatakan bahwa Sara akan mengandung seorang anak pada waktunya, sebuah janji yang tampak mustahil mengingat usia mereka yang sudah lanjut, reaksi Sara adalah tawa. Tawa ini bukanlah tawa kegembiraan, melainkan tawa ketidakpercayaan, keraguan, dan bahkan ketakutan. Ia merasa malu karena usianya yang lanjut dan ia berpikir tidak mungkin lagi memiliki anak. Ketakutan Sara ini terungkap ketika ia menyangkal telah tertawa.

Kepercayaan dan Harapan

Simbol visual tentang perjalanan iman dan janji.

Namun, di sinilah kebesaran Allah terlihat. Ia tidak hanya mengetahui hati manusia, tetapi juga berinteraksi dengan kebenaran yang ada di dalamnya. Allah menjawab keraguan Sara dengan tegas, "Tidak, engkau tertawa." Jawaban ini bukan untuk mempermalukan Sara, melainkan untuk menunjukkan bahwa Allah melihat segala sesuatu, termasuk ketidakpercayaan yang tersembunyi di balik penyangkalan.

Kisah ini mengingatkan kita bahwa Allah mengenal kita lebih baik daripada diri kita sendiri. Dia melihat ketidaksempurnaan kita, keraguan kita, dan ketakutan kita. Namun, kasih dan janji-Nya tidak bergantung pada kesempurnaan atau keyakinan mutlak kita. Allah tetap setia pada janji-Nya, bahkan ketika manusia bergumul dengan keraguan.

Kejadian 18:15 mengajarkan kita tentang kehadiran Allah yang mahatahu. Dia mengetahui apa yang kita pikirkan dan rasakan, bahkan ketika kita berusaha menyembunyikannya. Ini bisa menjadi sumber ketenangan, mengetahui bahwa kita tidak dapat bersembunyi dari kasih-Nya, tetapi juga motivasi untuk bersikap jujur di hadapan-Nya. Kehadiran-Nya yang transparan mendorong kita untuk tidak menyangkal kelemahan kita, tetapi membawanya kepada-Nya.

Lebih dari itu, ayat ini adalah bagian dari narasi janji ilahi yang tak tergoyahkan. Meskipun Sara ragu, janji Allah tentang seorang anak bagi Abraham dan Sara akan tetap terwujud. Kepercayaan Allah pada rencana-Nya jauh melampaui keraguan manusia. Ini adalah pengingat yang kuat bahwa bahkan ketika kita merasa tidak mampu atau dunia terasa tidak mungkin, Allah sanggup melakukan hal yang luar biasa.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin seringkali merasakan keraguan yang sama seperti Sara. Tantangan hidup, impian yang tampak jauh, atau bahkan perjalanan rohani kita bisa membuat kita bertanya-tanya apakah segala sesuatunya akan berhasil. Namun, Kejadian 18:15 mengundang kita untuk melihat melampaui keraguan kita dan berpegang pada kesetiaan Allah. Dia adalah Allah yang melihat, mengetahui, dan berkuasa untuk menggenapi janji-janji-Nya dalam hidup kita, terlepas dari keraguan atau ketakutan kita.

Marilah kita mendekati Allah dengan hati yang jujur, mengakui keraguan kita, tetapi juga memelihara iman akan kuasa dan kasih-Nya yang kekal. Seperti Abraham dan Sara, kita belajar bahwa janji-janji Allah adalah fondasi yang kokoh bagi kehidupan kita.