"TUHAN berfirman: "Jika di kota itu sekiranya terdapat lima puluh orang benar, maka karena lima puluh orang itu, seluruh tempat itu akan kuampuni."
Ayat ini dari Kitab Kejadian mengungkapkan sebuah momen krusial dalam percakapan antara Tuhan (dalam wujud tiga malaikat yang mengunjungi Abraham) dan Abraham. Abraham sedang dalam proses perundingan dengan Tuhan mengenai nasib kota Sodom dan Gomora yang penuh dosa. Ia dengan penuh keberanian bertanya kepada Tuhan, apakah Tuhan akan memusnahkan kota itu meskipun ada lima puluh orang benar di dalamnya. Jawaban Tuhan dalam ayat ini menunjukkan belas kasihan dan keadilan-Nya yang luar biasa.
Inti dari firman Tuhan tersebut adalah bahwa keberadaan sejumlah kecil orang benar (lima puluh orang dalam permintaan awal Abraham) sudah cukup untuk membatalkan murka dan penghukuman-Nya terhadap seluruh kota. Ini bukan berarti Tuhan mengabaikan kejahatan yang merajalela, tetapi menunjukkan bahwa kesalehan dan integritas beberapa individu memiliki bobot yang signifikan di mata-Nya. Tuhan memperhitungkan keberadaan orang-orang yang setia di tengah-tengah komunitas yang fasik.
Perundingan antara Abraham dan Tuhan terus berlanjut, dengan Abraham secara bertahap menurunkan jumlah orang benar yang ditanyakan, dari lima puluh menjadi empat puluh lima, lalu empat puluh, tiga puluh, dua puluh, hingga akhirnya sepuluh. Di setiap tahapan, Tuhan dengan sabar dan penuh belas kasihan menyatakan bahwa Ia akan mengampuni kota itu jika terdapat jumlah yang disebutkan tersebut. Hal ini menekankan sifat Tuhan yang panjang sabar dan tidak ingin menghukum, melainkan memberikan kesempatan yang luas bagi pertobatan.
Meskipun pada akhirnya tidak ditemukan sepuluh orang benar di Sodom, firman Tuhan dalam Kejadian 18:26 ini memberikan pelajaran berharga tentang nilai seorang individu yang benar di hadapan Tuhan. Ia tidak melihat dosa sebuah komunitas secara keseluruhan tanpa mempertimbangkan adanya benih kebaikan di dalamnya. Ini mengajarkan kita tentang pentingnya menjadi terang dan garam di mana pun kita berada, karena kehadiran orang-orang benar dapat menjadi berkat dan perisai bagi lingkungan sekitar, bahkan bagi mereka yang tidak menyadarinya.
Kisah ini juga menyoroti bagaimana doa dan perantaraan orang benar memiliki kuasa. Abraham, sebagai bapa orang beriman, berdiri sebagai perantara bagi kota yang berdosa. Ini menginspirasi kita untuk berdoa bagi orang lain dan bagi komunitas kita, memohon belas kasihan Tuhan di tengah-tengah kesulitan dan kejahatan. Kejadian 18:26 adalah bukti nyata bahwa Tuhan mencari alasan untuk menunjukkan belas kasihan, bahkan ketika keadilan menuntut penghukuman. Ia memberikan banyak kesempatan dan sangat mengasihi mereka yang mencari kebenaran.