"Dan aku hendak memberi sedikit air, supaya kamu membasuh kakimu dan berbaring di bawah pohon itu."
Setiap firman Tuhan dalam Kitab Suci menyimpan makna dan pelajaran yang mendalam bagi kehidupan kita. Salah satu ayat yang menarik untuk direnungkan adalah Kejadian 18:5. Ayat ini bukanlah sekadar catatan sejarah, melainkan jendela yang membuka pemahaman kita tentang sifat Tuhan, terutama keramahtamahan dan perhatian-Nya terhadap kebutuhan dasar manusia. Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini bagian dari narasi tentang kedatangan tiga tamu misterius di kemah Abraham di Mamre. Kejadian ini sangat signifikan karena menjadi pengantar bagi pengumuman kelahiran Ishak, putra perjanjian.
Dalam bacaan sebelumnya, Abraham sedang duduk di pintu kemahnya pada panas terik. Tiba-tiba, ia melihat tiga orang berdiri di dekatnya. Tanpa ragu, Abraham bangkit menyongsong mereka. Tindakannya menunjukkan kesiapsiagaan dan keinginan kuat untuk melayani. Ia membungkuk hormat kepada para tamu tersebut, sebuah gestur penghormatan yang mendalam. Bahkan sebelum para tamu itu mengungkapkan tujuan kedatangan mereka, Abraham sudah menunjukkan sikap tulus untuk menyediakan segala kebutuhan.
Perkataan dalam Kejadian 18:5, "Dan aku hendak memberi sedikit air, supaya kamu membasuh kakimu dan berbaring di bawah pohon itu," adalah ungkapan dari prinsip keramahan yang dijunjung tinggi dalam budaya Timur Tengah kuno, dan juga merupakan cerminan dari kebaikan hati Abraham. Di tengah padang pasir yang panas, air adalah sumber daya yang sangat berharga. Menawarkan air untuk membasuh kaki adalah tindakan kemurahan hati yang luar biasa, karena kaki para musafir sering kali lelah dan kotor akibat perjalanan panjang. Selain itu, menawarkan tempat berteduh di bawah pohon memberikan kelegaan dari terik matahari.
Lebih dari sekadar menawarkan kenyamanan fisik, tindakan Abraham dan perkataan yang terkandung dalam Kejadian 18:5 menggambarkan kedaulatan dan kasih karunia Tuhan. Ternyata, ketiga tamu itu bukanlah manusia biasa, melainkan Tuhan sendiri yang hadir dalam bentuk manusia, ditemani dua malaikat. Namun, Tuhan tidak mempermasalahkan keramahan sederhana yang ditawarkan Abraham. Sebaliknya, Ia menerima tawaran tersebut dengan hangat. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan menghargai setiap bentuk kebaikan, sekecil apapun itu, apalagi jika dilakukan dengan hati yang tulus. Kehadiran-Nya di antara manusia, dan penerimaan-Nya atas pelayanan yang tulus, membuka jalan bagi komunikasi yang lebih dalam dan janji-janji ilahi.
Ayat ini mengajarkan kepada kita pentingnya melayani sesama dengan sukacita dan tanpa pamrih. Seperti Abraham, kita dipanggil untuk menunjukkan belas kasih dan kebaikan kepada orang lain, bahkan kepada orang asing. Sikap welas asih yang tulus ini tidak luput dari pandangan Tuhan. Kejadian 18:5 mengingatkan kita bahwa Tuhan sering kali hadir dan menyatakan diri-Nya melalui momen-momen pelayanan sederhana yang kita berikan kepada sesama. Dengan demikian, setiap tindakan kebaikan adalah kesempatan untuk mencerminkan karakter ilahi dan menjadi berkat bagi dunia di sekitar kita. Ini adalah kisah yang kaya akan makna, menginspirasi kita untuk berbuat baik dan menyambut setiap kesempatan untuk melayani dengan hati yang penuh kasih.