Kejadian 18:7 - Abraham Menjamu Tamu yang Tak Terduga

"Dan Abraham cepat-cepat pergi ke dalam kemah mendapatkan Sara, katanya: 'Segeralah ambil tiga sukat tepung yang terbaik, */uli dan buatlah roti bundar.'"
Abraham Tamu Roti

Kisah yang tercatat dalam Kitab Kejadian, khususnya pada pasal 18 ayat 7, menyajikan momen penting dalam perjalanan iman Abraham. Ayat ini menggambarkan respons cepat dan penuh keramahtamahan Abraham ketika ia kedatangan tiga orang tamu yang misterius di bawah pohon Mamre. Tanpa ragu, Abraham segera bangkit dan berlari menyambut mereka, menunjukkan sifat murah hati dan kepedulian yang luar biasa.

Tindakan Cepat dan Penuh Hormat

Dalam konteks budaya kuno, menyambut tamu dengan sukacita dan menyediakan kebutuhan mereka adalah sebuah kehormatan dan kewajiban yang sakral. Abraham tidak hanya memenuhi kewajiban ini, tetapi melakukannya dengan semangat yang melampaui perkiraan. Frasa "cepat-cepat pergi" menunjukkan urgensi dan keinginan kuat Abraham untuk melayani.

Perintahnya kepada Sara, "Segeralah ambil tiga sukat tepung yang terbaik, uli dan buatlah roti bundar," bukan sekadar perintah biasa. Ini adalah instruksi spesifik yang menunjukkan bahwa Abraham ingin memberikan yang terbaik dari apa yang mereka miliki. Tepung yang "terbaik" dan proses menguleni serta membuat roti bundar menyiratkan persiapan yang matang dan penuh kasih. Roti bundar, yang kemungkinan besar adalah hidangan pokok yang dibuat dengan cepat, menjadi simbol keramahan dan kesediaan untuk berbagi.

Makna Keramahan dan Kerendahan Hati

Kejadian 18:7 lebih dari sekadar cerita tentang penyambutan tamu. Ini adalah cerminan dari karakter Abraham sebagai seseorang yang takut akan Tuhan dan selalu berusaha menyenangkan-Nya. Dalam ayat-ayat sebelumnya, Tuhan sendiri mengunjungi Abraham. Tindakan Abraham ini menunjukkan rasa hormat dan pengabdiannya kepada Sang Ilahi, bahkan ketika ia mungkin belum sepenuhnya menyadari identitas tamu-tamunya yang sebenarnya.

Kisah ini mengajarkan pentingnya keramahan sejati. Bukan hanya sekadar menyediakan makanan, tetapi memberikan dengan hati yang tulus dan tanpa pamrih. Sikap Abraham mengingatkan kita untuk selalu terbuka dan siap membantu sesama, bahkan dalam keadaan yang mungkin tidak terduga. Kehangatan yang ditunjukkan Abraham ini menjadi contoh abadi tentang bagaimana memperlakukan sesama dengan kasih dan rasa hormat, sebuah prinsip yang tetap relevan hingga kini.

Iman yang Teruji dan Berbuah

Peristiwa ini terjadi pada saat Abraham dan Sara sudah lanjut usia dan tidak lagi mengharapkan keturunan. Kehadiran tamu-tamu ini menjadi awal dari janji ilahi yang akan segera diungkapkan, yaitu bahwa Sara akan memiliki seorang anak. Tindakan Abraham yang penuh iman dan keramahtamahan menjadi langkah awal dalam penggenapan janji besar Tuhan.

Kisah Kejadian 18:7 menginspirasi kita untuk melihat melampaui penampilan luar dan memberikan respons yang penuh kasih. Ini adalah pelajaran tentang bagaimana iman yang aktif, yang diwujudkan melalui tindakan nyata, dapat membuka pintu bagi berkat dan peneguhan ilahi. Abraham, melalui keramahtamahannya yang sederhana namun mendalam, menunjukkan bahwa melayani sesama adalah cara untuk melayani Tuhan.