Kejadian 20:3

"Tetapi Allah mendatangi Abimelekh dalam suatu mimpi pada waktu malam dan berkata kepadanya: "Sesungguhnya engkau akan mati karena perempuan yang telah kauambil itu, sebab ia isteri orang."
Kepercayaan dalam Mimpi

Ilustrasi: Perjalanan kepercayaan dan wahyu ilahi.

Kisah di Balik Ayat

Kejadian 20:3 membawa kita pada momen krusial dalam perjalanan iman Abraham. Kisah ini terjadi ketika Abraham dan Sarah, karena kekhawatiran akan keselamatan diri mereka di negeri asing, kembali mengambil langkah yang sebenarnya pernah ia ambil sebelumnya. Mereka berada di Gerar, sebuah kota yang diperintah oleh Raja Abimelekh. Abraham, karena ketakutan, berbohong dengan mengatakan bahwa Sarah adalah adiknya, bukan istrinya. Padahal, Sarah adalah istri sahnya.

Kebohongan ini berpotensi membawa malapetaka. Abimelekh, yang tidak mengetahui kebenaran, tertarik pada kecantikan Sarah dan berniat untuk mengambilnya menjadi istrinya. Di sini, Allah campur tangan secara langsung. Dia mendatangi Abimelekh dalam sebuah mimpi pada malam hari. Peristiwa mimpi ini adalah bentuk intervensi ilahi yang menegaskan otoritas dan keadilan Tuhan.

Pesan Moral dan Teologis

Ayat ini memiliki kedalaman pesan yang signifikan. Pertama, ia menunjukkan bahwa Allah melihat segalanya. Sekalipun Abraham berusaha menyembunyikan kebenaran dan menempatkan dirinya serta istrinya dalam situasi yang berbahaya, Tuhan tidak membiarkan ketidakadilan terjadi. Allah memiliki perhatian penuh terhadap umat-Nya dan terhadap kebenaran.

Kedua, Allah bertindak untuk melindungi yang tidak bersalah. Abimelekh, dalam ketidaktahuannya, hampir saja melakukan kesalahan besar yang akan berakibat fatal baginya dan keluarganya, seperti yang dinyatakan Allah dalam mimpi. Tindakan Tuhan mencegah kehancuran dan menunjukkan bahwa keadilan-Nya berlaku universal, tidak hanya bagi umat pilihan-Nya.

Ketiga, ayat ini juga menyoroti kelemahan manusia, bahkan seorang tokoh iman sekalipun seperti Abraham. Ketakutan dapat mendorong seseorang untuk mengambil keputusan yang keliru, bahkan berbohong. Namun, di tengah kelemahan manusia, kemurahan dan intervensi Tuhan tetap hadir. Abraham, meski jatuh dalam dosa, tetap menjadi bagian dari rencana Allah.

Kisah ini merupakan pengingat bahwa iman bukanlah jaminan bebas dari masalah atau kesalahan. Namun, iman adalah keyakinan bahwa Allah berdaulat, bahkan ketika kita bergumul dengan keraguan dan ketakutan. Allah tidak menghukum Abraham secara langsung dalam momen ini, melainkan melalui mimpi, memberikan kesempatan bagi Abimelekh untuk memperbaiki kesalahannya dan Abraham untuk menyadari kesalahannya. Melalui teguran dalam mimpi ini, Allah membuka jalan bagi Abraham untuk bertindak jujur, dan juga menguji integritas Abimelekh.

Kejadian 20:3 mengajarkan kita tentang pentingnya kejujuran mutlak dan kepercayaan penuh kepada perlindungan Allah. Sekalipun situasinya tampak genting, tindakan yang didasarkan pada ketakutan dan kebohongan seringkali hanya akan memperburuk keadaan. Sebaliknya, berserah diri pada kehendak Tuhan dan bertindak sesuai dengan kebenaran-Nya adalah jalan yang aman dan diberkati. Pesan ini tetap relevan hingga kini, mendorong kita untuk senantiasa hidup dalam integritas dan mengandalkan Tuhan di setiap aspek kehidupan.