"Dan Sara, isteriku, telah melahirkan seorang anak laki-laki bagi tuanku waktu ia sudah berumur lanjut, dan kepada anak itu telah diberikannya segala miliknya."
Kisah dalam Kejadian pasal 24 ini adalah salah satu narasi yang paling menyentuh dalam Kitab Suci, yang menceritakan bagaimana Abraham, seorang patriark kuno, mengambil langkah penting untuk memastikan kelangsungan garis keturunannya yang dijanjikan. Setelah Sara, istrinya yang tercinta, meninggal, Abraham sangat khawatir tentang masa depan Ishak, putra perjanjiannya. Ia tidak ingin Ishak menikahi wanita-wanita dari bangsa Kanaan yang mengelilingi mereka, karena mereka menyembah dewa-dewa lain dan tidak mengenal Allah yang Esa. Sebaliknya, Abraham ingin Ishak menikahi seorang wanita dari kaum kerabatnya di Mesopotamia, tempat asal mereka.
Untuk mewujudkan keinginannya ini, Abraham memanggil hamba terpercayanya, yang sering disebut sebagai "hamba tua" atau " Eliezer" dalam tradisi Yahudi (meskipun namanya tidak disebutkan secara eksplisit dalam pasal ini). Abraham meletakkan tangannya di bawah pinggang tuannya dan bersumpah bahwa ia tidak akan mengambil seorang istri untuk Ishak dari anak-anak perempuan Kanaan. Sebaliknya, ia akan pergi ke tanah kelahirannya dan mencari seorang wanita dari sana. Abraham yakin bahwa Allah sendiri akan mengutus malaikat-Nya untuk mendampingi dan menjayakan hamba-Nya dalam perjalanan ini.
Ucapan hamba itu, yang tercatat dalam Kejadian 24:36, adalah sebuah kesaksian penting. Ia menyampaikan kepada Laban, saudara Ribka, mengenai keluarga tuannya dan garis keturunan Ishak. Frasa "Dan Sara, isteriku, telah melahirkan seorang anak laki-laki bagi tuanku waktu ia sudah berumur lanjut, dan kepada anak itu telah diberikannya segala miliknya" menekankan dua hal krusial: pertama, kelahiran Ishak adalah sebuah mukjizat ilahi, mengingat usia Abraham dan Sara yang sudah lanjut; kedua, Ishak adalah pewaris tunggal dari semua harta dan janji yang diberikan Allah kepada Abraham.
Kisah ini juga mengajarkan tentang ketaatan, iman, dan penyerahan diri kepada kehendak Tuhan. Abraham tidak ragu-ragu menyerahkan urusan penting ini kepada hamba kepercayaannya, dengan keyakinan penuh bahwa Allah akan membimbing langkah mereka. Sang hamba pun menjalankan tugasnya dengan penuh integritas dan doa, meminta petunjuk ilahi agar dapat menemukan wanita yang tepat bagi Ishak. Ia bahkan menetapkan sebuah tanda spesifik agar pengenalannya terhadap Ribka menjadi lebih pasti.
Akhirnya, doa sang hamba terkabul. Ribka terbukti adalah wanita yang saleh, pekerja keras, dan penuh kebaikan hati, yang juga berasal dari keluarga Abraham. Pertemuan ini menjadi awal dari hubungan yang diberkati antara Ishak dan Ribka, yang kemudian melahirkan Yakub dan Esau, serta melanjutkan garis keturunan yang akan membawa penebusan bagi seluruh dunia melalui bangsa Israel. Kejadian 24:36 menjadi pengingat akan kesetiaan Allah pada janji-janji-Nya dan pentingnya mengandalkan-Nya dalam setiap aspek kehidupan, bahkan dalam urusan keluarga yang paling pribadi sekalipun.