"Sebelum aku selesai berkata dalam hatiku, lihatlah Ribka datang dengan buyungnya ke atas bahunya, lalu ia turun ke perigi dan menimba air. Kataku kepadanya: ‘Beri aku minum.’"
Kisah di dalam Kejadian 24 mencatat perjalanan penuh makna yang dilakukan oleh hamba Abraham. Utusan setia ini diperintahkan untuk mencari seorang istri bagi Ishak, putra Abraham, dari tanah leluhur mereka. Perjalanan ini bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan sebuah perjalanan iman dan penyerahan diri kepada tuntunan Ilahi. Ia berdoa memohon petunjuk yang jelas: perempuan yang ia temui di sumber air dan bersedia memberi minum kepadanya serta unta-untanya akan menjadi tanda bahwa ialah orang yang dipilih Tuhan.
Ayat 45 dari pasal 24 ini menjadi momen krusial dalam narasi tersebut. Sang hamba belum selesai merenungkan doanya, belum sepenuhnya menguraikan permohonannya dalam hati, ketika Ribka, yang digambarkan sebagai perempuan yang sangat cantik, muncul. Kehadirannya begitu tepat waktu, begitu sesuai dengan tanda yang ia mohonkan. Ribka datang dengan buyungnya di atas bahu, sebuah gambaran yang memperlihatkan kesiapannya untuk melakukan tugas sehari-hari, namun juga kesiapannya untuk sebuah panggilan yang lebih besar.
Permintaan sang hamba untuk minum, sebuah tindakan sederhana namun mendasar, dijawab dengan ketaatan dan kemurahan hati oleh Ribka. Ia tidak hanya memberi minum sang hamba, tetapi juga menawarkan diri untuk memberi minum semua untanya. Tindakan ini, seperti yang disadari oleh sang hamba, adalah lebih dari sekadar keramahan biasa. Ini adalah manifestasi dari karakter yang penuh kasih dan suka melayani, sebuah kualitas yang sangat dicari. Kejadian 24:45 bukan hanya tentang pertemuan antara seorang utusan dan seorang perempuan, tetapi tentang bagaimana Tuhan bekerja melalui situasi yang tampaknya kebetulan untuk menggenapi rencana-Nya yang lebih besar.
Kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya kesabaran, doa yang tekun, dan kepekaan terhadap gerakan Roh Kudus. Sang hamba Abraham tidak memaksakan kehendaknya, melainkan mempercayakan segala sesuatunya kepada Tuhan. Ia memberikan waktu bagi Tuhan untuk bekerja dan memberikan tanda yang jelas. Ribka, di sisi lain, menunjukkan kesiapan hati dan kebaikan yang memancar, bahkan sebelum ia tahu siapa yang ia layani. Ini adalah teladan bagaimana kita dapat hidup dengan hati yang terbuka terhadap panggilan Tuhan, siap untuk melayani kapan pun dan di mana pun kita dipanggil.
Kejadian 24:45 adalah bukti bahwa ketika kita menempatkan ketaatan dan kepercayaan kita kepada Tuhan, Dia akan memimpin langkah kita dan memberkati kita dengan cara yang tidak terduga. Seperti Ribka yang menjadi bagian dari garis keturunan Mesias, demikian pula hidup kita dapat membawa berkat yang melimpah ketika kita bersedia menaati panggilan-Nya, sekecil apapun itu. Peristiwa ini menegaskan bahwa Tuhan peduli pada detail-detail kecil dalam kehidupan kita dan bahwa rencana-Nya selalu yang terbaik.