"Lalu aku bertanya kepadanya: 'Siapakah perempuan yang dapat menjadi istri Ishak itu?'"
Kitab Kejadian pasal 24 menceritakan sebuah kisah epik tentang perjalanan yang dilakukan oleh Eliezer, hamba Abraham, untuk mencari seorang istri bagi Ishak, putranya. Misi ini bukan sekadar tugas biasa, melainkan sebuah perintah ilahi yang membawa beban janji dan harapan ilahi yang besar. Eliezer melakukan perjalanan panjang dari tanah Kanaan hingga ke Mesopotamia, tanah leluhur Abraham. Tujuannya adalah untuk menemukan seorang perempuan dari suku Abraham, yang akan melanjutkan garis keturunan perjanjian.
Dalam konteks Kejadian 24:47, pertanyaan Eliezer, "Siapakah perempuan yang dapat menjadi istri Ishak itu?" muncul setelah ia dihadapkan pada berbagai kemungkinan dan potensi. Namun, pertanyaan ini juga mencerminkan urgensi dan pentingnya pilihan yang akan dibuat. Eliezer tidak hanya mencari seorang wanita, tetapi ia mencari jawaban atas sebuah wahyu yang lebih dalam, yaitu siapakah yang telah Allah persiapkan untuk menjadi bagian dari rencana-Nya yang besar.
Ayat ini secara implisit menunjukkan bahwa pemilihan istri untuk Ishak bukanlah berdasarkan penilaian manusia semata, tetapi dipandu oleh hikmat ilahi. Eliezer telah diberikan tanda, yaitu meminta seorang gadis untuk menawarkan air minum kepadanya dan juga kepada unta-untanya. Tanda ini bukanlah kebetulan, melainkan sebuah cara untuk menguji hati dan kesediaan seseorang untuk melayani. Dan ternyata, Ribka muncul sebagai jawaban doa dan tanda yang diberikan. Ia menunjukkan kerendahan hati, kemurahan hati, dan kesediaan untuk bekerja, sifat-sifat yang sangat dihargai dan yang selaras dengan kehendak Allah.
Kejadian 24:47 menjadi penegasan bahwa di tengah rencana manusia, ada campur tangan ilahi yang memastikan janji-janji-Nya terwujud. Eliezer, melalui pertanyaan yang diajukan kepada dirinya sendiri dan kepada kesempatan yang terbuka, sedang mencari konfirmasi atas arahan yang diberikan kepadanya. Ia ingin memastikan bahwa ia tidak salah langkah, melainkan sedang mengikuti jejak Allah.
Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya mendengarkan dan menaati petunjuk ilahi, bahkan dalam hal-hal yang tampak sederhana. Pertanyaan "Siapakah perempuan yang dapat menjadi istri Ishak itu?" adalah pertanyaan yang mencerminkan pencarian akan kehendak Allah. Ini mengingatkan kita bahwa setiap pilihan penting dalam hidup kita, terutama yang berkaitan dengan hubungan dan keluarga, sebaiknya dijalani dengan doa dan penyerahan diri kepada hikmat Sang Pencipta. Janji ilahi, seperti yang tersirat dalam pemilihan Ribka, sangat jelas dan pasti ketika kita berjalan dalam ketaatan. Melalui Ribka, janji Abraham untuk memiliki keturunan yang banyak dan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa terus berlanjut. Ini adalah bukti bahwa Allah berdaulat atas sejarah dan selalu bekerja untuk menggenapi firman-Nya.