Nas Kitab Suci Kejadian 24:5 membawa kita pada sebuah momen krusial dalam kisah leluhur bangsa Israel, yaitu ketika Abraham memberikan tugas penting kepada hamba kepercayaannya, Eliezer. Perintah ini bukan sekadar tentang mencari seorang pendamping bagi Ishak, putra terkasihnya, melainkan sebuah manifestasi iman dan ketaatan yang mendalam terhadap janji Tuhan. Abraham beriman bahwa Tuhan akan menyertai dan menuntun langkah Eliezer dalam menemukan wanita yang tepat dari kaum kerabatnya, bukan dari bangsa Kanaan yang belum mengenal Tuhan.
Tantangan yang dihadapi Eliezer digambarkan dengan jelas dalam ayat ini. Ia bertanya kepada tuannya, Abraham, mengenai kemungkinan bahwa calon istri Ishak tidak bersedia mengikuti dirinya kembali ke negeri asing. Pertanyaan ini mencerminkan realisme dan pemahaman akan kompleksitas hubungan antarmanusia, serta tantangan dalam memindahkan seseorang dari lingkungannya yang sudah dikenal ke kehidupan yang sama sekali baru. Namun, di balik keraguan ini, tersirat keyakinan Abraham yang teguh pada pimpinan ilahi. Ia percaya bahwa Tuhan yang telah membimbingnya sejak awal, akan memastikan keberhasilan misi ini.
Kisah ini menyoroti pentingnya tujuan yang jelas dan keyakinan pada penyertaan Tuhan. Abraham tidak hanya mengirim Eliezer untuk mencari seorang wanita, tetapi untuk mencari seseorang yang akan melanjutkan garis keturunan perjanjian. Ini adalah sebuah tindakan iman yang didasari oleh janji Tuhan tentang keturunan yang tak terhitung jumlahnya dan berkat bagi segala bangsa melalui keturunan Abraham. Dalam konteks ini, pemilihan istri bagi Ishak bukan sekadar urusan pribadi, melainkan bagian integral dari rencana ilahi yang lebih besar.
Eliezer, yang dipercaya sepenuhnya oleh Abraham, berangkat dengan perlengkapan yang memadai dan hati yang penuh harapan sekaligus kegelisahan. Ia sadar betul akan besarnya tanggung jawab yang dipikulnya. Perjalanannya ke Mesopotamia, tanah asal Abraham, adalah sebuah ziarah iman. Setiap langkahnya diiringi doa dan harapan agar Tuhan memberikan tanda yang jelas. Ia berinisiatif merancang sebuah ujian bagi para perempuan yang ditemuinya di sumur, sebuah ujian yang berfokus pada kemurahan hati dan kesediaan untuk melayani, kualitas yang sangat penting bagi seorang istri dan ibu dalam keluarga yang akan melanjutkan warisan iman.
Kisah Kejadian 24:5 dan kelanjutannya menjadi pelajaran berharga tentang bagaimana iman dan kebijaksanaan perlu berjalan beriringan. Ketaatan Abraham bukan berarti ia pasif menanti, tetapi ia mengambil langkah aktif sesuai dengan arahan Tuhan. Demikian pula, Eliezer menjalankan tugasnya dengan penuh hikmat, mengandalkan tuntunan Tuhan dalam setiap detailnya. Ini mengajarkan kita bahwa ketika kita dihadapkan pada pilihan-pilihan penting dalam hidup, terutama yang berkaitan dengan membangun keluarga atau menjalankan panggilan ilahi, kita perlu berserah pada Tuhan sambil berusaha menggunakan akal budi dan melakukan apa yang ada dalam kuasa kita.
Ketaatan yang ditunjukkan oleh Abraham dan Eliezer dalam peristiwa ini menjadi teladan bagi generasi selanjutnya. Ini mengingatkan kita bahwa janji Tuhan seringkali digenapi melalui proses yang membutuhkan kesabaran, doa yang tekun, dan tindakan iman yang berani. Pemilihan Rebekah sebagai istri Ishak adalah bukti nyata bahwa ketika hati manusia selaras dengan kehendak Tuhan, rencana ilahi akan terwujud dengan indah, membawa berkat dan kelanjutan bagi umat pilihan-Nya.