"Lihatlah, Rebeca ada di depanmu, ambillah dia dan pergilah, dan biarlah dia menjadi isteri anak tuanmu, seperti yang difirmankan TUHAN."
Kisah pertemuan Ishak dan Rebeca dalam Kitab Kejadian adalah salah satu narasi paling mengharukan tentang bagaimana Tuhan mengatur dan memimpin jalannya kehidupan, termasuk dalam hal perjodohan dan pernikahan. Ayat Kejadian 24:51, yang diucapkan oleh Laban setelah menyaksikan tanda dan persetujuan Rebeca untuk mengikuti hamba Abraham, menegaskan penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak ilahi. Kalimat ini bukan sekadar sebuah persetujuan teknis, melainkan pengakuan bahwa seluruh rangkaian peristiwa yang terjadi telah diarahkan oleh Tuhan sendiri.
Perjalanan hamba Abraham mencari calon isteri bagi Ishak dipenuhi dengan doa, permohonan petunjuk, dan ujian iman. Hamba itu memohon agar Tuhan menunjukkan tanda yang jelas, yaitu perempuan yang akan menawarkan minum kepada dirinya dan unta-untanya. Dan terjadilah, Rebeca muncul, melakukan persis seperti yang dimohonkan hamba itu. Hal ini memberikan keyakinan penuh kepada hamba Abraham bahwa Tuhan telah memilih Rebeca untuk Ishak. Ketika mereka tiba di rumah orang tua Rebeca dan menyampaikan maksud mereka, respon keluarga, khususnya Laban, menunjukkan kebingungan sekaligus kekaguman. Mereka melihat bahwa ini bukanlah sekadar lamaran biasa, melainkan sesuatu yang luar biasa dan telah diatur oleh kuasa yang lebih tinggi.
Pernyataan "seperti yang difirmankan TUHAN" adalah inti dari ayat ini. Ini menunjukkan bahwa semua yang terjadi tidaklah kebetulan. Tuhan telah bekerja di balik layar, mengatur setiap detail, mulai dari perjalanan hamba Abraham, pertemuan dengan Rebeca, hingga respons keluarga. Bagi keluarga Rebeca, keputusan yang harus diambil adalah sebuah langkah besar. Mengizinkan putri mereka pergi ke negeri yang jauh, untuk menikahi seseorang yang belum pernah mereka temui, tentu membutuhkan keyakinan. Namun, bukti-bukti dari Tuhan begitu nyata, sehingga rasa ragu pun tergantikan oleh keyakinan akan pimpinan Tuhan. Laban, sebagai perwakilan keluarga, mengakui kebenaran ilahi di balik peristiwa ini.
Rebeca sendiri juga menunjukkan sebuah iman yang luar biasa. Ketika ditanya apakah ia bersedia pergi bersama hamba itu, ia menjawab, "Aku bersedia." Jawaban singkat namun penuh makna ini mencerminkan kesediaannya untuk menyerahkan masa depan hidupnya ke dalam tangan Tuhan, mengikuti apa yang telah Tuhan tetapkan melalui hamba-Nya. Keberanian dan kesediaannya untuk meninggalkan kenyamanan rumah dan keluarganya demi memenuhi panggilan Tuhan adalah sebuah teladan iman yang patut kita renungkan.
Kisah ini mengajarkan kita banyak hal penting. Pertama, bahwa Tuhan peduli dengan detail kehidupan kita, bahkan dalam hal-hal yang tampaknya sangat personal seperti pernikahan. Kedua, bahwa iman dan doa dapat membuka pintu bagi campur tangan Tuhan yang luar biasa dalam hidup kita. Hamba Abraham berdoa dan Tuhan menjawab. Rebeca menjawab panggilan Tuhan dengan kesediaan. Ketiga, bahwa ketika kita menyerahkan keputusan kita kepada Tuhan, kita dapat yakin bahwa Ia akan mengarahkan langkah-langkah kita ke jalan yang terbaik, meskipun terkadang jalan itu tidak sesuai dengan perkiraan kita. Kejadian 24:51 mengingatkan kita bahwa dalam setiap fase kehidupan, terutama dalam perjalanan menemukan pasangan hidup, penyerahan diri kepada kehendak Tuhan adalah kunci untuk mengalami berkat-Nya yang sejati.