Kisah Ishak yang tertulis dalam Kitab Kejadian pasal 26 memberikan gambaran yang kaya tentang kehidupan seorang hamba Tuhan yang mengalami berkat melimpah meskipun berada dalam situasi yang menantang. Ayat 14, "Dan Ishak menabur di negeri itu dan dalam tahun itu juga menuai seratus kali lipat, karena TUHAN memberkati dia," menjadi penekanan kuat tentang kuasa dan kebaikan Tuhan yang dinyatakan melalui kehidupan Ishak.
Pada masa itu, Ishak sedang hidup sebagai orang asing di tanah Gerar, di tengah-tengah bangsa Filistin. Keadaan mungkin tidak selalu kondusif, dan seperti nenek moyangnya, Abraham, ia pernah mengalami kekeringan dan kelaparan. Namun, alih-alih menyerah pada keadaan, Ishak menaati perintah Tuhan untuk tetap tinggal dan menabur. Tindakan ini bukan sekadar aktivitas pertanian, melainkan sebuah tindakan iman yang mendalam. Ia menaruh kepercayaannya pada janji Tuhan, bukan pada kesuburan tanah atau iklim setempat semata.
Hasil dari penaburan itu sungguh luar biasa: panen seratus kali lipat. Angka ini bukan sekadar metafora, melainkan penanda berkat yang luar biasa dari Tuhan. Seratus kali lipat menunjukkan kelimpahan yang jauh melampaui usaha manusia. Ini adalah buah dari penyertaan dan pemeliharaan Tuhan secara langsung. Ayat ini mengajarkan kita bahwa ketika kita menaruh iman kita pada Tuhan dan taat pada pimpinan-Nya, Dia mampu membalas dengan cara yang melampaui segala perhitungan kita. Berkat Tuhan tidak hanya sekadar pemulihan, tetapi juga pertumbuhan dan kelimpahan yang spektakuler.
Kisah Ishak juga menggarisbawahi pentingnya memahami sumber berkat. Ayat tersebut secara eksplisit menyatakan, "karena TUHAN memberkati dia." Ini adalah pengakuan yang jujur dan penuh syukur bahwa segala sesuatu yang baik berasal dari Tuhan. Meskipun Ishak bekerja keras dan menabur benihnya, sumber utama kesuksesannya adalah anugerah dan tangan Tuhan yang menopang. Dalam kehidupan kita modern, kita seringkali bangga dengan pencapaian dan hasil kerja keras kita. Namun, penting untuk selalu kembali pada kesadaran bahwa kekuatan, kemampuan, dan kesempatan yang kita miliki adalah pemberian dari Sang Pencipta.
Berkat yang diterima Ishak tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri. Kelimpahan hasil panennya kemudian menarik perhatian orang-orang di sekitarnya, bahkan pemimpin Filistin. Kisah ini menunjukkan bagaimana berkat Tuhan dalam kehidupan seseorang dapat menjadi kesaksian bagi orang lain dan membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Ini adalah pengingat bahwa berkat Tuhan seringkali memiliki dimensi komunal dan misi ilahi di dalamnya.
Secara keseluruhan, Kejadian 26:14 adalah ayat yang penuh harapan dan inspirasi. Ia mengajarkan tentang pentingnya iman dalam ketaatan, kekuatan Tuhan yang luar biasa dalam memberi berkat, dan pentingnya mengakui Dia sebagai sumber segala kebaikan. Bagi kita yang menjalani kehidupan di zaman sekarang, kisah Ishak ini tetap relevan sebagai dorongan untuk terus menabur benih-benih kebaikan, pelayanan, dan ketaatan, dengan keyakinan bahwa Tuhan yang memberkati Ishak adalah Tuhan yang sama yang dapat memberkati hidup kita dengan kelimpahan. Mari kita terus menaruh iman kita kepada-Nya, dan melihat bagaimana Dia bekerja dalam hidup kita.