TUHAN menampakkan diri kepada Ishak, katanya: "Janganlah pergi turun ke Mesir; tetapi tinggallah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu.
Gambaran visual dari firman Tuhan yang menuntun Ishak.
Firman Tuhan dalam Kejadian 26:2 merupakan sebuah perintah langsung yang diberikan kepada Ishak. Pada masa itu, bangsa Israel sedang mengalami musim kelaparan yang hebat di negeri Kanaan. Situasi ini sangat sulit dan seringkali mendorong orang untuk mencari solusi di tempat lain. Terlebih lagi, ayah Ishak, Abraham, pernah pergi ke Mesir saat mengalami kelaparan, dan tampaknya hal tersebut menjadi pertimbangan yang logis bagi Ishak untuk melakukan hal yang sama. Mesir dikenal sebagai negeri yang subur dan makmur, terutama dengan aliran Sungai Nil yang menjadi sumber kehidupan.
Namun, Tuhan memiliki rencana yang berbeda. Perintah untuk tidak pergi ke Mesir bukanlah sekadar larangan, melainkan sebuah janji yang mengiringinya. Tuhan meminta Ishak untuk tetap tinggal di negeri yang akan ditunjukkan oleh-Nya. Ini adalah sebuah ujian iman yang krusial. Ishak harus belajar untuk mempercayai arahan Tuhan, bahkan ketika logika manusia dan situasi ekonomi menunjukkan jalan yang berbeda. Kepercayaan kepada Tuhan seringkali menuntut kita untuk keluar dari zona nyaman dan berani melangkah berdasarkan firman-Nya, bukan berdasarkan pemahaman atau ketakutan kita sendiri.
Ketaatan Ishak pada firman Tuhan ini membuahkan hasil yang luar biasa. Alih-alih mencari keselamatan di negeri orang, Ishak memilih untuk percaya dan taat. Tuhan kemudian memimpin Ishak untuk tinggal di Gerar, sebuah wilayah Filistin. Di sana, Ishak menabur benih dan, atas berkat Tuhan, ia menuai hasil yang melimpah dalam tahun yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa ketika kita menempatkan Tuhan di tempat pertama dan mengikuti perintah-Nya, Dia akan menyediakan dan memberkati kita secara luar biasa, bahkan di tengah kesulitan.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa Tuhan peduli terhadap detail kehidupan kita. Dia tidak hanya memberikan perintah besar, tetapi juga bimbingan spesifik untuk menuntun kita. Perintah untuk tidak pergi ke Mesir mungkin terlihat sederhana, tetapi implikasinya sangat mendalam. Ishak belajar bahwa sumber berkat sejati bukanlah geografi atau kondisi duniawi, melainkan hubungan yang taat dengan Tuhan. Di negeri yang dijanjikan Tuhan, Ishak tidak hanya selamat dari kelaparan, tetapi juga tumbuh menjadi seorang yang sangat makmur, bahkan sampai ditakuti oleh orang Filistin.
Pelajaran penting lainnya dari Kejadian 26:2 adalah tentang pentingnya mendengar suara Tuhan dan memiliki kepekaan rohani. Dalam keadaan tertekan karena kelaparan, Tuhan masih berbicara kepada Ishak. Ini mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu berkomunikasi dengan umat-Nya, dan Dia ingin kita mencari pimpinan-Nya dalam setiap aspek kehidupan. Menanggapi firman Tuhan dengan iman, meskipun menantang, adalah kunci untuk mengalami berkat dan pertumbuhan rohani yang disediakan-Nya. Kisah Ishak menjadi bukti nyata bahwa ketaatan yang berakar pada iman akan selalu mendatangkan lebih dari yang kita minta atau pikirkan.
Dalam konteks modern, kita mungkin tidak menghadapi kelaparan fisik yang sama, tetapi kita seringkali dihadapkan pada keputusan sulit, tekanan finansial, atau godaan untuk mencari solusi instan yang menyimpang dari kehendak Tuhan. Firman Tuhan dalam Kejadian 26:2 tetap relevan: jangan mencari jalan keluar dari masalah dengan cara yang bertentangan dengan firman-Nya. Percayalah bahwa Tuhan memiliki rencana yang terbaik dan Dia akan memberikan berkat-Nya bagi mereka yang taat. Tetaplah tinggal di negeri yang Tuhan janjikan, dan Dia akan membuatmu berbuah lebat.