"Tetapi orang Gerar bertengkar dengan Ishak, katanya: "Sumur ini [adalah] milik kami." Maka Ishak menamai tempat itu Esek, karena mereka bertengkar dengannya."
Kisah Ishak menggali sumur di tanah Gerar, seperti yang diceritakan dalam Kitab Kejadian pasal 26, adalah narasi yang kaya akan pelajaran spiritual dan praktis. Setelah diusir oleh penduduk kota karena iri, Ishak melakukan perjalanan ke lembah Gerar dan mulai menggali sumur-sumur baru. Ini bukan sekadar tindakan fisik, melainkan simbol dari perjuangan, ketekunan, dan ketergantungan pada sumber daya yang disediakan oleh Tuhan.
Namun, setiap kali Ishak berhasil menemukan dan menggali sumur yang memberikan air, masalah kembali muncul. Para gembala Gerar datang dan mengklaim sumur tersebut, menyatakan bahwa air itu adalah milik mereka. Peristiwa ini memuncak pada ayat 20, di mana penduduk Gerar bertengkar dengan Ishak mengenai kepemilikan sumur. Ishak, untuk menghindari konflik lebih lanjut, memberikan nama tempat itu "Esek," yang berarti "perselisihan" atau "pertengkaran."
Ayat ini menyoroti dua aspek penting: pertama, keberhasilan Ishak dalam menemukan sumber kehidupan yang vital di tengah tanah yang kering. Keberhasilan ini seringkali menarik perhatian dan kecemburuan dari pihak lain. Kedua, respons Ishak yang memilih untuk mundur dan memberi nama pada pengalaman tersebut sebagai pengingat akan perselisihan. Ini menunjukkan kerendahan hati dan keinginan untuk menjaga kedamaian, meskipun ia memiliki hak yang jelas.
Penting untuk dicatat bahwa Ishak tidak hanya berhenti di situ. Setelah sumur Esek diklaim, ia pindah ke lokasi lain dan menggali sumur lain. Ketika sumur kedua ini juga menjadi sumber perselisihan, ia kembali pindah. Perlawanan dan perselisihan ini menunjukkan adanya tantangan yang terus-menerus dihadapi oleh Ishak dan umat pilihan Allah di tengah-tengah masyarakat yang tidak selalu ramah.
Namun, ketahanan Ishak patut digarisbawahi. Dia tidak putus asa. Pindah dari Esek dan menamai tempat itu adalah pengakuan atas realitas yang dihadapi, tetapi bukan berarti akhir dari usahanya. Dia terus mencari dan menggali. Perjalanannya kemudian membawanya ke tempat yang ia namai "Rehoboth," yang berarti "tempat yang luas," dan di sanalah ia akhirnya merasa aman dan Tuhan memberkati usahanya. Ini menandakan bahwa setelah masa perselisihan, ada janji keberhasilan dan kelegaan.
Kisah sumur-sumur Ishak memberikan relevansi yang kuat bagi kehidupan modern. Kita seringkali menghadapi perselisihan dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu di tempat kerja, dalam komunitas, atau bahkan dalam keluarga. Seperti Ishak, kita mungkin menemukan bahwa keberhasilan atau upaya kita untuk menciptakan sesuatu yang baik bisa menarik perhatian negatif atau bahkan perebutan.
Ayat Kejadian 26:20 mengajarkan kita pentingnya strategi dalam menghadapi konflik. Terkadang, seperti Ishak, memilih untuk mundur sejenak, menghindari pertengkaran yang sia-sia, dan mencari tempat yang lebih kondusif adalah tindakan yang bijak. Namun, yang lebih penting adalah tidak berhenti berusaha untuk mencari "sumur" kehidupan kita – sumber berkat, kedamaian, dan kemajuan. Ketekunan Ishak untuk terus menggali, meskipun menghadapi penolakan, akhirnya membawanya pada lokasi yang lebih baik dan berlimpah berkat. Ini adalah pengingat bahwa kesabaran, ketekunan, dan kepercayaan pada penyertaan Tuhan dapat membawa kita melewati masa-masa perselisihan menuju tempat yang lebih lapang dan penuh berkat.