Ayat Kejadian 26:34 membawa kita pada momen penting dalam garis keturunan Abraham, fokus pada Esau, cucu Abraham yang penuh gairah dan sering kali impulsif. Peristiwa pernikahan Esau ini dicatat sebagai titik balik yang memiliki dampak signifikan, bukan hanya bagi dirinya sendiri, melainkan juga bagi keluarganya. Pada usia empat puluh tahun, sebuah usia yang dianggap matang, Esau memutuskan untuk mengambil istri. Namun, pilihan istri-istrinya ini, Yudith dan Basmat, keduanya berasal dari bangsa Het, menimbulkan kekecewaan yang mendalam bagi orang tuanya, Ishak dan Ribka.
Bangsa Het dikenal sebagai penduduk asli Kanaan, sebuah wilayah yang telah dijanjikan Tuhan kepada keturunan Abraham. Sejak awal, Abraham telah berpesan kepada hambanya dan kemudian Ishak menekankan kepada Yakub agar tidak mengambil istri dari perempuan Kanaan. Perintah ini bukan sekadar tradisi, melainkan sebuah prinsip ilahi yang bertujuan untuk menjaga kemurnian iman dan ketaatan bangsa pilihan Tuhan dari pengaruh kebudayaan dan penyembahan berhala yang merajalela di antara bangsa-bangsa di sekitar mereka. Pengambilan istri dari bangsa Kanaan, atau dalam kasus Esau, dari bangsa Het yang juga merupakan penduduk Kanaan, berisiko mengaburkan identitas spiritual dan hubungan perjanjian mereka dengan Tuhan.
Pernikahan Esau dengan Yudith dan Basmat, kedua putri dari bangsa Het, adalah sebuah pelanggaran terhadap arahan ilahi tersebut. Ini menunjukkan kurangnya penghargaan Esau terhadap tradisi dan perintah orang tuanya, serta kemungkinan kurangnya pemahaman atau penolakan terhadap rencana Tuhan untuk garis keturunannya. Keputusan ini tentu saja melukai Ishak dan Ribka secara emosional dan spiritual. Mereka telah mendidik Esau dalam iman, namun pilihan Esau menunjukkan bahwa prioritasnya berbeda, lebih condong pada keinginan pribadi dan kesesuaian budaya di sekitarnya daripada kehendak Tuhan.
Kisah ini tidak hanya tentang pilihan pribadi Esau, tetapi juga tentang konsekuensinya. Pernikahan ini adalah salah satu dari beberapa peristiwa yang menandai perpisahan Esau dari jalur berkat ilahi yang lebih besar. Ini adalah pengingat bahwa pilihan-pilihan yang tampaknya kecil dalam hidup dapat memiliki dampak jangka panjang, terutama ketika berkaitan dengan prinsip-prinsip spiritual dan ketaatan pada firman Tuhan. Keputusan Esau ini pada akhirnya akan membedakannya dari saudaranya, Yakub, yang tetap taat pada arahan ilahi dan akhirnya menjadi pewaris perjanjian.
Kejadian 26:34 mengajarkan kepada kita pentingnya bijak dalam mengambil keputusan, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan iman dan keluarga. Kita dipanggil untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan menghargai nilai-nilai spiritual yang telah ditetapkan, bukan hanya mengikuti arus budaya atau keinginan sesaat. Pilihan Esau menjadi sebuah peringatan yang kuat tentang bahaya mengabaikan prinsip-prinsip ilahi demi kepuasan pribadi atau kesesuaian duniawi, yang dapat berujung pada kehilangan berkat dan perpisahan dari rencana Tuhan yang lebih besar.
Sebuah pengingat akan pentingnya ketaatan dan kebijaksanaan dalam memilih jalan hidup.