Kejadian 26:9 - Ujian Iman Ishak

"Lalu Abimelekh memanggil Ishak dan berkata: "Sesungguhnya perempuan itu ialah isterimu, bagaimana mungkin engkau berkata: dia ialah adikku?"" (Kejadian 26:9)
Simbol ujian iman

Ayat Kejadian 26:9 mencatat momen krusial dalam kehidupan Ishak, putra Abraham, yang menguji kedalaman imannya. Peristiwa ini terjadi ketika Ishak tinggal di Gerar, sebuah wilayah yang dihuni oleh bangsa Filistin. Karena ketakutan akan keselamatan dirinya, Ishak memutuskan untuk menyembunyikan identitas istrinya, Ribka, dengan mengatakan bahwa Ribka adalah adiknya. Kebijakan ini diambilnya karena ia melihat bahwa kecantikan Ribka dapat menimbulkan masalah bagi dirinya di negeri asing tersebut.

Namun, strategi ini tidak berjalan lama. Seperti yang pernah terjadi pada ayahnya Abraham, kebenaran akhirnya terungkap. Raja Abimelekh, pemimpin Gerar, melihat Ishak bermesraan dengan Ribka, yang menunjukkan keintiman yang lebih dari sekadar hubungan persaudaraan. Abimelekh kemudian memanggil Ishak, bukan untuk menghukumnya, tetapi untuk mengonfrontasi kebohongan yang telah diucapkan.

Kalimat Abimelekh, "Sesungguhnya perempuan itu ialah isterimu, bagaimana mungkin engkau berkata: dia ialah adikku?" (Kejadian 26:9), bukan sekadar pertanyaan, tetapi sebuah teguran yang mengharuskan Ishak untuk mengakui perbuatannya. Dalam konteks ini, Abimelekh menunjukkan sikap yang bijaksana dan adil. Ia tidak langsung percaya pada perkataan Ishak dan tidak juga langsung menjatuhkan vonis. Sebaliknya, ia mengamati dan kemudian mencari kebenaran. Pengetahuannya ini tidak hanya berasal dari pengamatan pribadi, tetapi juga mungkin dari reputasi atau informasi yang beredar mengenai Ishak sebagai keturunan Abraham yang memiliki perjanjian dengan Tuhan.

Kejadian ini menjadi cerminan penting tentang perjuangan manusia dalam menghadapi ketakutan dan konsekuensinya. Ishak, meskipun memiliki iman yang kuat dan merupakan pewaris janji Allah, tetaplah manusia biasa yang rentan terhadap rasa takut. Tindakannya menyembunyikan identitas Ribka bisa dilihat sebagai upaya pragmatis untuk melindungi diri, namun pada saat yang sama, hal itu menunjukkan kurangnya kepercayaan penuh kepada pemeliharaan Tuhan dalam situasi sulit.

Respons Abimelekh yang kemudian mengeluarkan dekrit untuk melindungi Ishak dan Ribka, serta mengancam siapa pun yang mengganggu mereka, menunjukkan bahwa kejujuran dan kebenaran tetap dihargai. Abimelekh mengakui bahwa Ishak adalah orang yang diberkati Allah, dan ia tidak ingin mendatangkan murka Tuhan atas bangsanya. Hal ini menyoroti bahwa bahkan orang-orang non-Israel pun dapat melihat dan menghormati tanda-tanda kehadiran dan berkat Allah dalam kehidupan Ishak.

Kisah Kejadian 26:9 mengajarkan kita bahwa meskipun iman kita diuji, kejujuran adalah fondasi penting dalam hubungan kita dengan Tuhan dan sesama. Kebenaran, meskipun terkadang sulit diungkapkan, pada akhirnya akan membawa kepada penyelesaian yang lebih baik. Ishak belajar dari pengalaman ini, dan di pasal yang sama, ia kemudian menggali kembali sumur-sumur yang digali ayahnya, yang melambangkan pemulihan hak dan berkat yang seharusnya ia terima. Ini menunjukkan bahwa setelah mengakui kesalahannya dan mengalami pengampunan, Ishak kembali teguh dalam imannya dan dalam kepemimpinannya.