"Marialah kiranya aku makan hasil buruan anakku itu, sebelum aku mati."
Ilustrasi suasana dalam keluarga Ishak.
Kisah yang tercatat dalam Kejadian 27:11 membawa kita pada momen krusial dalam kehidupan keluarga Ishak, khususnya antara ia, istrinya Ribka, dan putra-putra mereka, Yakub dan Esau. Ayat ini merupakan ucapan Yakub kepada ibunya, Ribka, yang menunjukkan adanya sebuah strategi atau rencana yang sedang dijalankan untuk mendapatkan berkat dari Ishak yang sudah tua dan hampir buta.
Pada saat itu, Ishak berencana memberikan berkat kesulungan kepada Esau, putra sulungnya yang gagah berani dan seorang pemburu andal. Namun, Ribka memiliki keinginan lain. Ia lebih mengasihi Yakub, putra bungsunya yang tenang dan cenderung tinggal di dekat kemah. Didorong oleh kasih sayangnya dan mungkin juga oleh nubuat ilahi tentang kedua bangsa yang berasal dari rahim Ribka, ia merencanakan agar Yakublah yang menerima berkat istimewa itu.
Ucapan Yakub, "Marialah kiranya aku makan hasil buruan anakku itu, sebelum aku mati," mencerminkan posisinya dalam rencana tersebut. Ia sedang mempersiapkan diri, atau lebih tepatnya dipersiapkan oleh ibunya, untuk menyamar sebagai Esau. Ribka mengetahui bahwa Ishak sangat menyukai masakan dari hasil buruan Esau. Oleh karena itu, ia memerintahkan Yakub untuk pergi ke padang, membunuh dua anak kambing domba yang baik, dan membawanya kembali untuk dimasak. Yakub terlihat ragu dan khawatir, ia tahu bahwa penyamaran ini berisiko besar. Jika Ishak menyadarinya, ia tidak akan menerima berkat, melainkan kutuk.
Namun, Yakub akhirnya menuruti perkataan ibunya. Ia pergi dan berhasil mendapatkan apa yang diperintahkan. Ribka kemudian memasak daging kambing itu dengan cara yang disukai Ishak dan memakaikan kulit kambing pada tangan dan leher Yakub agar menyerupai Esau yang berbulu. Dengan demikian, Yakub datang kepada ayahnya, menyamar sebagai Esau, dan berhasil menerima berkat kesulungan yang seharusnya menjadi hak Esau. Kejadian ini menunjukkan betapa rumitnya hubungan keluarga dan bagaimana keinginan manusia, bahkan jika didasari oleh motif yang kompleks, dapat berujung pada manipulasi.
Kisah ini bukan hanya tentang intrik keluarga, tetapi juga tentang janji dan kedaulatan Allah. Meskipun cara Yakub mendapatkan berkat itu tidak sepenuhnya benar dan menimbulkan konsekuensi, Allah tetap bekerja melalui rencana-Nya. Berkat yang diterima Yakub, meskipun diperoleh dengan cara yang tidak jujur, mengandung unsur-unsur penting dari janji perjanjian yang diteruskan kepada keturunannya. Ini mengajarkan kita bahwa meskipun kita mungkin tergoda untuk menggunakan cara-cara yang kurang baik untuk mencapai tujuan kita, rencana Allah seringkali melampaui pemahaman dan cara kita sendiri. Kejadian 27:11 menjadi titik awal dari serangkaian peristiwa yang membentuk sejarah bangsa Israel dan hubungan mereka dengan Allah.