Kisah yang tercatat dalam Kitab Kejadian pasal 46 menceritakan babak penting dalam sejarah bangsa Israel: perjalanan leluhur mereka, Yakub, beserta seluruh keluarganya menuju Mesir. Peristiwa ini dipicu oleh kelaparan hebat yang melanda tanah Kanaan dan karena adanya Josef, putra Yakub yang sebelumnya dijual sebagai budak, kini telah menjadi orang terkemuka di Mesir. Titik balik dalam narasi ini adalah ayat 46:24, yang menyebutkan nama salah satu putra Lewi, yakni Huşim. Meskipun terlihat sederhana, ayat ini adalah bagian dari daftar silsilah yang mengukuhkan keberadaan dan kelengkapan keluarga Yakub saat mereka memasuki Mesir.
Keputusan untuk pindah ke Mesir bukanlah keputusan yang mudah bagi Yakub. Ia harus meninggalkan tanah warisan yang dijanjikan Tuhan, tanah yang telah diberikan kepada Abraham dan Ishak. Namun, melalui penglihatan dan firman Tuhan yang datang kepadanya dalam malam di Bersyeba, Yakub diyakinkan bahwa kepindahannya ke Mesir adalah bagian dari rencana ilahi yang lebih besar. Tuhan berjanji untuk menjadikan Yakub "suatu bangsa yang besar" di sana dan untuk membawa turun keturunannya kembali ke tanah Kanaan di kemudian hari. Keyakinan ini memberikan Yakub keberanian dan kekuatan untuk memulai perjalanan panjang yang penuh ketidakpastian.
Ayat 46:24 secara spesifik menyebutkan "bani Dan: Huşim". Dan adalah salah satu dari dua belas suku Israel, putra Bilha, hamba Rahel. Meskipun Huşim mungkin terdengar seperti nama yang asing bagi sebagian pembaca, penyebutannya di sini memiliki tujuan penting dalam narasi Kitab Kejadian. Ini adalah bagian dari daftar lengkap anak cucu Yakub yang turun ke Mesir, yang menjadi dasar bagi pembentukan dua belas suku Israel di kemudian hari. Daftar ini, termasuk nama-nama seperti Huşim, menegaskan bahwa seluruh keluarga Yakub, dengan semua cabangnya, berada di bawah perlindungan ilahi saat mereka memulai kehidupan baru di tanah Mesir.
Perjalanan ini menandai awal dari periode empat ratus tahun di Mesir. Awalnya mereka disambut baik, berkat kedudukan Josef, dan diberikan tanah di Gosyen. Namun, seiring berjalannya waktu, kondisi berubah, dan keturunan Yakub menjadi bangsa yang diperbudak. Ayat 46:24 dan ayat-ayat sekitarnya bukan hanya pencatatan historis, tetapi juga fondasi teologis. Peristiwa ini menunjukkan bagaimana Tuhan memelihara janji-Nya kepada Abraham, yaitu bahwa keturunannya akan menjadi bangsa yang besar, bahkan di tengah situasi yang tampaknya sulit. Kepindahan ke Mesir, yang pada akhirnya berujung pada perbudakan, ternyata adalah sarana Tuhan untuk melindungi dan memperbanyak umat-Nya dari ancaman kelaparan, sebelum akhirnya membawa mereka kembali untuk menduduki tanah perjanjian.
Memahami konteks Kejadian 46:24 membantu kita melihat bagaimana setiap detail dalam narasi Alkitab memiliki peran. Penyebutan nama Huşim, betapapun singkatnya, adalah bukti dari perhatian Tuhan yang cermat terhadap setiap anggota keluarga Yakub. Ini mengajarkan bahwa Tuhan tidak melupakan sekecil apapun umat-Nya, dan bahwa bahkan dalam perjalanan terberat sekalipun, ada rencana ilahi yang sedang berlangsung untuk mencapai tujuan-Nya yang kekal.