"Maka pergilah Esau ke padang untuk berburu binatang buruan, lalu membawanya pulang."
Kejadian 27:14 mencatat sebuah momen penting dalam kisah Yakub dan Esau. Ayat ini menggambarkan tindakan Esau yang pergi ke padang untuk berburu binatang buruan dan kemudian membawanya pulang. Tindakan sederhana ini memiliki implikasi yang sangat besar, karena terjadi pada saat yang krusial ketika Yakub, atas dorongan ibunya Ribka, sedang bersiap untuk menipu ayahnya, Ishak, demi mendapatkan berkat warisan yang seharusnya menjadi hak Esau.
Esau, sebagai anak sulung, memiliki hak istimewa untuk menerima berkat warisan dari ayahnya. Berkat ini bukan sekadar harta benda, melainkan pengakuan dan warisan spiritual serta kepemimpinan atas keluarga. Namun, Esau, yang digambarkan sebagai orang yang terampil dalam berburu dan sering berada di padang, tampaknya kurang menghargai nilai dari hak kesulungannya. Ia lebih mengutamakan kepuasan sesaat, seperti yang terlihat pada kesempatan lain ketika ia menjual hak kesulungannya hanya untuk semangkuk sup kacang merah.
Sementara Esau sibuk dengan aktivitasnya di luar rumah, Yakub dan Ribka telah merencanakan sebuah intrik. Ribka memerintahkan Yakub untuk mengambil dua anak kambing muda yang akan dimasak menjadi hidangan lezat, mirip dengan masakan Ishak. Dengan mengenakan kulit kambing pada tangan dan leher Yakub agar menyerupai Esau yang berbulu, serta menyuruh Yakub untuk mengenakan pakaian Esau, mereka berusaha menipu Ishak yang sudah tua dan matanya kabur. Tujuan mereka adalah agar Yakub menerima berkat istimewa yang dikhususkan untuk anak sulung.
Ayat Kejadian 27:14 ini menjadi titik acuan yang menunjukkan kontras antara kedua bersaudara. Esau, yang seharusnya berada di rumah untuk menerima berkat ayahnya, justru sedang melakukan tugas yang dianggapnya lebih penting atau mendesak saat itu. Ini menunjukkan kurangnya kesadaran atau persiapan dari Esau mengenai apa yang akan terjadi dan betapa pentingnya momen tersebut. Tindakannya ini secara tidak langsung membuka pintu bagi kelicikan Yakub untuk berhasil.
Kisah ini mengajarkan banyak hal. Pertama, pentingnya menghargai hal-hal yang berharga, termasuk hak-hak istimewa yang diberikan, baik secara spiritual maupun duniawi. Kedua, ini menyoroti konsekuensi dari tindakan – atau ketidak-tindakan – yang dapat membawa hasil yang tidak terduga. Esau mungkin tidak pernah menyangka bahwa kepergiannya untuk berburu akan berujung pada hilangnya berkat yang sangat berarti. Ketiga, kisah ini juga memperlihatkan peran manusia dalam rencana ilahi, meskipun terkadang melalui cara-cara yang tidak sempurna dan penuh konflik.
Dari ayat ini, kita bisa merenungkan tentang prioritas dalam hidup kita. Apakah kita sibuk dengan hal-hal yang sementara dan mengabaikan berkat-berkat rohani yang lebih kekal? Kejadian 27:14 menjadi pengingat bahwa momen-momen penting seringkali membutuhkan perhatian dan kesiapan, agar kita tidak kehilangan kesempatan berharga yang ditawarkan kepada kita. Ini adalah kisah tentang keserakahan, kelicikan, dan konsekuensi yang mendalam, yang terus bergema hingga kini.