Kisah dalam Kitab Kejadian, pasal 27 ayat 26, adalah salah satu momen paling dramatis dan menentukan dalam narasi keluarga Ishak. Ayat ini mencatat interaksi emosional antara Ishak dan Yakub, yang pada saat itu menyamar sebagai Esau, saudara kembarnya. Pengambilan berkat sulung oleh Yakub, yang difasilitasi oleh ibunya, Ribka, telah mengarah pada serangkaian peristiwa yang mengubah alur sejarah perjanjian Allah dengan keturunan Abraham.
Konteks dan Penipuan
Sebelum ayat 26 ini, kita melihat sebuah rencana yang matang oleh Ribka dan Yakub. Ishak, yang sudah tua dan hampir buta, berniat memberkati Esau, anak kesayangannya, sebelum ia meninggal. Berkat sulung bukan hanya warisan materi, tetapi juga warisan spiritual dan otoritas yang lebih besar di dalam keluarga. Menyadari hal ini, Ribka membantu Yakub untuk menyamar sebagai Esau, lengkap dengan pakaian Esau dan daging kambing yang disiapkan agar terasa seperti buruan Esau.
Ketika Yakub masuk ke hadapan Ishak, Ishak merasakan ada sesuatu yang berbeda. Suaranya terdengar seperti Yakub, tetapi tangannya seperti Esau. Ishak bertanya, "Siapakah engkau, anakku?" Yakub menjawab, "Akulah Esau, anakmu yang sulung." Kebingungan Ishak kemudian dijawab dengan penegasan Yakub, yang semakin mempertebal penipuan tersebut. Ishak memakan makanan yang disajikan, dan setelah itu, ia meminta Yakub untuk mendekat agar ia dapat menciumnya. Di sinilah ayat 26 menjadi titik krusial.
Penciuman dan Pengakuan
Ayat Kejadian 27:26 berbunyi, "Lalu ia maju mendekat dan mencium Netanyahu; Harun mencium saudara itu, dan mereka menangis bersama-sama." (Perlu dicatat bahwa terjemahan yang umum digunakan dalam bahasa Indonesia merujuk pada Ishak mencium Yakub yang menyamar). Saat Ishak mencium Yakub, ia mencium bau pakaian Esau yang dikenakan Yakub. Bau ini, ditambah dengan sensasi tangan Yakub yang berbulu seperti Esau, meyakinkan Ishak bahwa dia sedang berbicara dengan Esau. Momen penciuman ini, dalam budaya Timur Tengah kuno, seringkali merupakan tanda pengakuan dan penerimaan. Ini adalah momen di mana identitas (atau setidaknya ilusi identitas) dikonfirmasi.
Namun, kegembiraan awal Ishak berubah menjadi kepedihan yang mendalam ketika ia menyadari bahwa berkat utama telah diberikan kepada Yakub. Berita tentang penipuan ini segera sampai kepada Esau ketika ia kembali dari berburunya. Saat ia mengetahui bahwa berkatnya telah diambil, Esau meraung-raung dengan sangat sedih dan pahit. Dalam kesedihan yang luar biasa inilah, ia memohon kepada Ishak agar setidaknya ia diberi berkat yang tersisa. Ishak pun menangis karena kehilangan berkat utama bagi Esau.
Makna Spiritual dan Perjanjian
Kejadian 27:26, meskipun hanya beberapa kata, menyoroti dampak besar dari tindakan manusia yang dipenuhi dengan rencana dan penipuan. Momen ini tidak hanya berdampak pada hubungan keluarga, tetapi juga pada kesinambungan perjanjian Allah. Allah telah berjanji kepada Abraham bahwa melalui keturunannya, semua bangsa akan diberkati. Perjanjian ini kemudian diteruskan kepada Ishak, dan kemudian kepada anak sulung Ishak, yaitu Esau. Namun, melalui penipuan ini, berkat utama jatuh ke tangan Yakub.
Kisah ini mengajarkan kita tentang kehendak bebas manusia yang dapat berinteraksi dengan kedaulatan Allah. Meskipun ada penipuan, Allah tetap bekerja sesuai dengan rencana-Nya yang lebih besar. Yakub, yang namanya berarti "penipu" atau "menggantikan tumit," akhirnya menjadi bapa leluhur dari dua belas suku Israel, yang darinya Mesias akan lahir. Sementara itu, Esau menjadi leluhur bangsa Edom. Kisah ini mengingatkan kita bahwa Allah melihat melampaui tindakan luar dan seringkali menggunakan bahkan kesalahan manusia untuk mencapai tujuan-Nya yang kudus.
Kejadian 27:26 adalah pengingat akan kompleksitas hubungan manusia dan bagaimana keputusan, bahkan yang didasari penipuan, dapat memiliki konsekuensi yang luas dan permanen. Ini adalah momen penting dalam pemahaman kita tentang bagaimana garis keturunan perjanjian diteruskan, dan bagaimana rencana Allah tetap teguh meskipun melalui jalur yang tidak terduga.