"Dan sekarang, mengapa engkau tidak mengizinkan aku mencium anak-anakku dan istri-istriku dengan sukacita? Sebab karena kamu telah berbuat demikian sampai sekarang, aku telah bekerja keras kepadamu."
Kejadian 31:28 merupakan momen yang penuh emosi dan signifikansi dalam narasi Yakub. Ayat ini diucapkan oleh Laban, ayah dari Lea dan Rahel, kepada Yakub. Ungkapan ini muncul di tengah-tengah ketegangan dan keputusan penting yang dihadapi Yakub: yaitu keputusannya untuk meninggalkan Haran dan kembali ke tanah kelahirannya, Kanaan. Yakub telah bekerja keras selama bertahun-tahun di bawah kepemimpinan Laban, dan kini ia merasakan panggilan untuk kembali ke keluarganya dan tanah perjanjian.
Konteks ayat ini adalah ketika Yakub diam-diam melarikan diri dari Laban, membawa serta istri-istrinya, Lea dan Rahel, serta anak-anak mereka. Rahel bahkan diam-diam mencuri berhala-berhala ayahnya. Laban menyadari kepergian Yakub dan mengejarnya. Ketika Laban akhirnya berhasil menyusul Yakub, permusuhan sempat terjadi. Namun, Tuhan campur tangan dan memperingatkan Laban dalam mimpi agar tidak berbicara baik atau buruk kepada Yakub. Setelah peringatan ilahi tersebut, suasana berubah.
Dalam ayat 28 ini, Laban seolah ingin meredakan ketegangan dan menunjukkan sisi lain dari dirinya. Ia mengungkapkan rasa frustrasinya dan juga keinginannya yang mungkin terpendam. Permintaan Laban untuk dapat mencium anak-anak dan istri-istrinya dengan sukacita menyiratkan sebuah pengakuan, mungkin pengakuan atas kasih sayang yang ia miliki untuk mereka, atau sekadar sebuah cara untuk mempertahankan martabatnya di hadapan Yakub. Di sisi lain, ia juga mengingatkan Yakub akan pengabdiannya yang telah bekerja keras untuknya. Ini adalah pengingat akan perjanjian kerja yang telah mereka sepakati, meskipun telah banyak ketidakadilan yang dirasakan Yakub selama masa itu.
Meskipun terucap dalam situasi yang sarat dengan ketegangan dan perselisihan, perkataan Laban dalam Kejadian 31:28 membawa beberapa pelajaran penting. Pertama, ini menunjukkan kompleksitas hubungan manusia. Bahkan dalam perseteruan, ada jejak kasih dan kekerabatan yang sulit dihapus. Laban, meskipun ia sering menipu Yakub, tampaknya tetap memiliki ikatan emosional dengan anak-anak perempuannya dan cucu-cucunya.
Kedua, ayat ini menyoroti pentingnya kesetiaan dan penghargaan atas kerja keras. Yakub telah memberikan tenaganya selama bertahun-tahun kepada Laban. Pengakuan, meskipun diucapkan dengan nada yang agak defensif, adalah sebuah bentuk validasi atas usaha yang telah dicurahkan. Ini mengingatkan kita bahwa menghargai kontribusi orang lain, bahkan dalam hubungan yang tidak selalu harmonis, adalah sebuah prinsip yang penting.
Ketiga, dan yang paling mendasar, Kejadian 31:28 terjadi dalam kerangka tindakan Tuhan yang lebih besar. Tuhan telah berjanji kepada Yakub untuk melindunginya dan mengembalikannya ke tanah perjanjian. Laban dihalangi oleh Tuhan untuk berbuat jahat kepada Yakub. Ini adalah bukti bahwa rencana Tuhan akan selalu terlaksana, meskipun seringkali melewati berbagai rintangan dan konflik antarmanusia.
Pada akhirnya, momen ini menjadi titik balik penting. Setelah pembicaraan antara Laban dan Yakub, mereka membuat perjanjian perdamaian yang ditandai dengan tumpukan batu, sebagai saksi atas ikatan mereka. Yakub kemudian melanjutkan perjalanannya, menuju pertemuan yang penuh antisipasi dan mungkin juga ketakutan, dengan saudaranya, Esau. Kejadian 31:28, meski hanya sepenggal percakapan, adalah bagian integral dari kisah perjalanan iman Yakub dan manifestasi dari kesetiaan Tuhan yang tak tergoyahkan.