Kejadian 31:36

"Lalu Yakub menjadi marah dan ia membantah Laban, katanya: 'Kesalahan apa yang telah kubuat? Dosa apa yang kulakukan, sehingga engkau mengejar-ngejar aku sedemikian rupa?'"

YAKUB LABAN ? KEADILAN

Ilustrasi simbolis dari pertanyaan Yakub tentang keadilan.

Kutipan dari Kitab Kejadian, pasal 31 ayat 36, menyajikan momen dramatis dalam kehidupan Yakub. Di tengah pelariannya dari Laban, mertuanya yang licik, Yakub mengungkapkan kemarahan dan kebingungannya yang mendalam. Ayah dari dua belas suku Israel ini merasa terpojok dan tidak mengerti mengapa ia dikejar-kejar dengan begitu keras. Frasa "Kesalahan apa yang telah kubuat? Dosa apa yang kulakukan?" mencerminkan rasa ketidakadilan yang dirasakannya. Yakub merasa telah memberikan pelayanan yang setia kepada Laban selama bertahun-tahun, menanggung kesulitan dan bahkan dicurangi berkali-kali dalam upahnya. Kini, ketika ia memutuskan untuk pulang bersama keluarganya, Laban justru memburunya seolah-olah Yakub adalah seorang penjahat.

Konteks dari ayat ini sangatlah penting. Setelah bekerja keras untuk Laban selama 20 tahun, Yakub telah berhasil membangun kekayaan dan memiliki keluarga. Namun, hubungan antara Yakub dan Laban tidak pernah harmonis. Laban seringkali mengubah upah Yakub, mencoba menahannya, dan bahkan mengizinkan saudara-saudaranya untuk mengejar Yakub. Dalam situasi ini, Yakub merasa bahwa ia telah berusaha hidup dengan benar, meskipun menghadapi tipu daya dari mertuanya. Kemarahannya adalah luapan dari frustrasi yang menumpuk, ditambah dengan ketakutan akan perlakuan tidak adil yang mungkin akan diterimanya.

Perkataan Yakub ini juga dapat dilihat sebagai sebuah seruan kepada kebenaran ilahi. Meskipun ia tidak secara eksplisit menyebut nama Tuhan dalam ayat ini, nada pertanyaan tersebut menyiratkan keyakinan bahwa ada standar keadilan yang lebih tinggi. Yakub seolah-olah bertanya, "Jika tidak ada kesalahan di mata Tuhan, mengapa aku diperlakukan seperti ini?" Kejadian 31:36 membuka pemahaman kita tentang bagaimana orang-orang dalam kisah Alkitab menghadapi kesulitan. Mereka tidak selalu tenang dan pasrah; terkadang, kemarahan dan protes adalah respons alami terhadap ketidakadilan, terutama ketika mereka merasa dibenarkan.

Ayat ini mengingatkan kita bahwa perlindungan ilahi tidak selalu berarti menghindari kesulitan, melainkan seringkali melibatkan kemampuan untuk bertahan dan menemukan kebenaran di tengah badai. Yakub, dengan pertanyaannya yang tajam, sedang mencari dasar moral dari perlakuan yang diterimanya. Ia berharap kejujuran hatinya dan kesetiaan pelayanannya akan diakui, bahkan jika itu harus ia suarakan sendiri dengan penuh emosi. Kisah Yakub mengajarkan kita tentang ketekunan, iman dalam menghadapi tantangan, dan harapan akan pemulihan keadilan, bahkan ketika situasi tampak kelam.

Reaksi Yakub di sini juga menunjukkan kepekaan nuraninya. Ia tidak merasa bersalah atas tindakan apa pun yang ia lakukan terhadap Laban, yang semakin memperkuat posisinya sebagai pihak yang benar. Ketegasan dalam mempertahankan integritas diri, bahkan dalam konfrontasi, adalah pelajaran berharga yang bisa dipetik dari momen ini.