Kejadian 31:7 - Perjanjian dan Perlindungan Allah

"Tetapi ayahmu telah menipu aku dan mengubah upahku sepuluh kali; namun Allah tidak mengizinkannya berbuat jahat kepadaku."

Ayat ini, yang terambil dari Kitab Kejadian pasal 31 ayat 7, mencatat pengakuan Yakub mengenai pengalaman pahitnya selama bekerja pada Laban, pamannya. Ayat ini menjadi saksi bisu tentang perjuangan hidup Yakub dan campur tangan ilahi yang tak terduga. Dalam konteks kisah Yakub, ayat ini menyoroti beberapa aspek penting yang relevan bagi kehidupan kita hingga kini: kesetiaan, kecurangan, keadilan, dan perlindungan Allah.

Kejadian 31:7 secara langsung menggambarkan bagaimana Yakub merasa telah diperlakukan tidak adil oleh Laban. Laban yang licik berulang kali mengubah kesepakatan upah Yakub, seringkali merugikan Yakub demi kepentingannya sendiri. Yakub tidak hanya harus menghadapi penipuan yang berulang, tetapi juga perubahan upah yang telah disepakati. Ini bisa berarti kehilangan hasil kerja kerasnya, yang berdampak langsung pada mata pencaharian dan kesejahteraan keluarganya. Bayangkan betapa frustrasi dan tertekannya Yakub menghadapi situasi seperti ini. Ia telah memberikan tenaga dan waktu, namun imbalannya terus menerus diganggu.

Namun, bagian kedua dari ayat tersebut memberikan dimensi yang sangat penting: "namun Allah tidak mengizinkannya berbuat jahat kepadaku." Pernyataan ini bukan sekadar luapan emosi Yakub, melainkan kesaksian iman yang mendalam. Di tengah ketidakadilan dan penipuan yang dialaminya, Yakub menyadari bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang menjaga dan melindunginya. Allah tidak membiarkan Laban berhasil sepenuhnya dalam niat jahatnya. Ada batasan yang ditetapkan oleh Tuhan, sebuah perlindungan yang tak terlihat namun nyata bagi Yakub. Ini menunjukkan bahwa, meskipun manusia bisa berbuat jahat, Allah memiliki kedaulatan untuk membatasi atau bahkan mencegah kejahatan tersebut berdampak sepenuhnya pada umat-Nya.

Implikasi dari ayat ini bagi kita sangat luas. Pertama, ini mengingatkan kita bahwa kehidupan tidak selalu adil. Kita mungkin akan menghadapi orang-orang yang berusaha memanfaatkan atau menipu kita, baik dalam urusan pekerjaan, bisnis, maupun hubungan pribadi. Namun, seperti Yakub, kita juga diingatkan bahwa kita tidak sendirian. Allah adalah Allah yang peduli pada keadilan dan tidak membiarkan umat-Nya ditindas tanpa batas. Kepercayaan pada perlindungan-Nya dapat memberikan kekuatan dan ketenangan di tengah kesulitan.

Kedua, ayat ini mengajarkan pentingnya menjaga kesetiaan dan integritas, bahkan ketika orang lain tidak melakukannya. Yakub terus bekerja keras meskipun seringkali ditipu. Ini menunjukkan ketekunannya. Ketika kita menghadapi ketidakadilan, respon kita seharusnya tidak balas dendam atau mengikuti arus kecurangan, melainkan tetap berpegang pada prinsip-prinsip yang benar, sambil terus berserah pada penyelenggaraan ilahi. Allah mampu membalaskan dan memulihkan apa yang telah hilang, bukan melalui tangan kita semata, tetapi melalui rencana-Nya yang sempurna.

Kisah Yakub di pasal 31 ini terus berlanjut dengan pengingatan dari Allah kepada Yakub untuk kembali ke tanah kelahirannya. Ayat 7 menjadi salah satu dasar pengakuan Yakub atas kebaikan dan kesetiaan Allah yang selalu menyertainya, bahkan di saat-saat tergelap. Ini adalah pengingat bahwa di dalam setiap ujian, selalu ada janji dan jaminan perlindungan dari Sang Pencipta.