Simbol hati yang melambangkan kehidupan dan harapan.
Kisah kelahiran Benyamin, anak bungsu Yakub, yang dicatat dalam Kitab Kejadian pasal 35, ayat 18, menyajikan sebuah momen dramatis yang penuh dengan makna spiritual dan emosional. Ayat ini berbicara tentang bagaimana Yakub memberikan nama kepada anaknya yang baru lahir, sebuah tindakan yang sarat akan kenangan pahit namun juga janji pemulihan.
Saat istrinya tercinta, Rahel, sedang dalam sakaratul maut setelah melahirkan, ia memberi nama kepada bayinya "Ben-oni", yang berarti "anak kesedihanku" atau "anak dukacita". Nama ini adalah cerminan langsung dari rasa sakit yang luar biasa dan kehilangan yang dirasakan Rahel dan keluarganya pada saat itu. Kematian Rahel menjadi pukulan berat bagi Yakub, yang telah kehilangan ibunya, Ribka, di masa lalu, dan kini harus kembali merasakan duka kehilangan orang yang dicintainya.
Namun, dalam kebijaksanaan ilahi yang seringkali bekerja di balik peristiwa manusia, Yakub memutuskan untuk mengubah nama tersebut. Ia menamai anaknya "Benyamin", yang berarti "anak tangan kanan" atau "anak dari selatan". Perubahan nama ini bukanlah sekadar penggantian kata, melainkan sebuah pergeseran makna yang mendalam. Benyamin adalah "anak tangan kanan" yang melambangkan kekuatan, berkat, dan posisi terhormat. Ini adalah pengakuan bahwa meskipun ada kesedihan yang mendalam, Allah tetap memberikan anugerah dan perlindungan.
Tindakan Yakub ini menunjukkan sebuah prinsip penting dalam iman: bahkan di tengah penderitaan terberat sekalipun, ada potensi untuk menemukan harapan dan berkat. Benyamin kemudian tumbuh menjadi sosok yang sangat penting dalam kisah Israel, terutama sebagai saudara yang dipercaya oleh Yusuf, saudara tirinya yang lain. Keberadaan Benyamin menjadi krusial dalam penyatuan kembali keluarga Yakub di Mesir.
Kejadian 35:18 mengajarkan kita tentang bagaimana Allah dapat mengubah duka menjadi sukacita, dan kematian menjadi kehidupan baru. Rahel meninggal, namun dari rahimnya lahir kehidupan baru, yaitu Benyamin. Perjuangan dalam melahirkan mencerminkan perjuangan hidup itu sendiri, yang seringkali diwarnai dengan rasa sakit, kehilangan, tetapi juga potensi untuk kelahiran yang baru dan transformatif.
Nama "Benyamin" mengingatkan kita bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya dalam kesedihan mereka. Bahkan ketika segala sesuatu tampak gelap, Dia berjanji untuk memberikan kekuatan dan harapan. Benyamin menjadi simbol dari kelanjutan garis keturunan saleh Yakub, dan melalui dialah berkat Allah terus mengalir.
Kisah ini juga menekankan pentingnya perspektif. Meskipun pada awalnya Yakub melihat Benyamin sebagai "anak kesedihan", ia kemudian memandang sang anak sebagai "anak tangan kanan" yang penuh berkat. Ini adalah pengingat bagi kita untuk selalu mencari sisi positif dan rencana Allah di balik setiap peristiwa, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan. Kejadian 35:18 bukan hanya catatan sejarah tentang sebuah kelahiran, tetapi juga sebuah pelajaran abadi tentang iman, harapan, dan kuasa transformatif Allah dalam kehidupan manusia.