Ayat Kejadian 35:19 mencatat sebuah momen tragis dalam sejarah keluarga Yakub. Ketika Yakub dan keluarganya sedang dalam perjalanan kembali ke tanah Kanaan setelah bertahun-tahun berada di Mesopotamia, istrinya yang terkasih, Rahel, mengalami kesakitan yang hebat saat melahirkan anak bungsunya. Peristiwa ini terjadi di dekat Efrata, sebuah wilayah yang kemudian dikenal sebagai Betlehem. Dalam kepedihan persalinan yang berujung pada kematian, Rahel berhasil memberikan kehidupan kepada seorang putra yang dinamai Ben-oni olehnya, yang berarti "anak kesedihanku." Namun, ayahnya, Yakub, mengubah nama itu menjadi Benyamin, yang berarti "anak tangan kananku," sebuah penamaan yang sarat makna harapan dan penyertaan ilahi.
Kematian Rahel di jalan menuju Betlehem merupakan kehilangan yang sangat besar bagi Yakub. Rahel bukan hanya seorang istri yang sangat dicintainya, tetapi juga ibu dari dua putra yang paling ia sayangi: Yusuf, yang telah lama hilang, dan Benyamin, anak bungsu yang baru saja lahir dan kini menjadi yatim. Peristiwa ini menandai akhir dari sebuah babak dalam kehidupan Yakub, di mana ia harus menghadapi kesedihan mendalam di tengah perjalanan spiritualnya yang penuh liku. Penguburan Rahel di pinggir jalan, yang kemudian menjadi penanda penting di wilayah Betlehem, menunjukkan betapa mendesaknya situasi tersebut dan betapa eratnya tempat ini dengan kisah keluarga Yakub.
Betlehem, yang kelak akan menjadi tempat kelahiran Mesias, kini juga dikenang sebagai tempat peristirahatan terakhir salah satu tokoh perempuan penting dalam Perjanjian Lama. Lokasi penguburan Rahel di "sisi jalan ke Efrata, yaitu Betlehem" memberikan sebuah gambaran geografis yang spesifik. Kisah ini mengingatkan kita bahwa kehidupan seringkali dipenuhi dengan campuran sukacita dan kesedihan. Kelahiran yang seharusnya menjadi momen kebahagiaan terjalin dengan duka yang mendalam. Kejadian 35:19 menjadi pengingat akan kerapuhan hidup manusia dan kekuatan iman yang memampukan seseorang untuk terus berjalan meski di tengah badai kesulitan.
Kisah Rahel di Betlehem juga menyoroti pentingnya nama dan maknanya. Pemberian nama Ben-oni oleh Rahel mencerminkan kesadaran akan penderitaan yang dialaminya, sementara perubahan nama menjadi Benyamin oleh Yakub melambangkan kepercayaan pada pemeliharaan Tuhan. Dalam tradisi Yahudi, peringatan terhadap lokasi makam orang-orang saleh seringkali menjadi titik referensi spiritual. Makam Rahel di Betlehem kelak menjadi salah satu situs ziarah penting. Peristiwa ini mengajarkan bahwa bahkan dalam momen-momen paling gelap sekalipun, jejak kehidupan dan harapan terus terukir, menjadi bagian dari narasi yang lebih besar tentang perjalanan umat manusia dan rencana ilahi.