Kejadian 35:29

Lalu Ishak menghembuskan napasnya yang terakhir dan meninggal, setelah mencapai umur yang lanjut. Ia telah tua dan suntuk hidupnya. Maka anak-anaknya, Esau dan Yakub, menguburkannya.

Ayat Kejadian 35:29 mencatat akhir dari kehidupan seorang tokoh penting dalam sejarah iman, yaitu Ishak. Ayat ini memberikan ringkasan yang padat namun penuh makna mengenai momen terakhir bapa leluhur Israel ini. Dikatakan bahwa Ishak "menghembuskan napasnya yang terakhir dan meninggal, setelah mencapai umur yang lanjut." Frasa "mencapai umur yang lanjut" menggambarkan sebuah kehidupan yang panjang, penuh dengan pengalaman, suka, dan duka. Ishak hidup selama 180 tahun, sebuah rentang waktu yang sangat panjang di zamannya, memberinya kesempatan untuk menyaksikan banyak peristiwa penting dalam keluarga dan umatnya.

Pernyataan bahwa Ishak "telah tua dan suntuk hidupnya" memberikan dimensi emosional pada akhir hidupnya. Ini bukan sekadar kematian fisik, tetapi juga penanda sebuah fase kehidupan yang telah selesai. Pengalaman hidup Ishak tidak selalu mudah. Ia mengalami pergantian generasi, menyaksikan persaingan antara kedua putranya, Esau dan Yakub, bahkan sempat mengalami masa-masa kelaparan dan ketidakpastian. Namun, di tengah segala ujian tersebut, ia tetap menjadi jembatan penting dalam garis keturunan yang dijanjikan Tuhan kepada Abraham.

Kisah Ishak adalah kisah tentang kesetiaan dan penantian. Ia adalah anak perjanjian, yang kelahiran dan kehidupannya merupakan bukti nyata dari janji Allah. Ia juga menjadi saksi langsung bagaimana Allah membimbing dan melindungi keluarganya, meskipun seringkali melalui cara-cara yang tidak terduga. Kisah pengurbanannya di Gunung Moria, di mana ia sendiri yang dibawa sebagai persembahan oleh ayahnya, Abraham, menjadi lambang iman dan ketaatan. Di sana, Allah menyediakan domba pengganti, sebuah foreshadowing dari pengorbanan yang lebih besar di masa depan.

Ayat ini juga menyoroti siapa yang berada di sisinya di akhir hayatnya. "Maka anak-anaknya, Esau dan Yakub, menguburkannya." Kehadiran kedua putranya, meskipun hubungan mereka seringkali kompleks, menunjukkan adanya rekonsiliasi atau setidaknya penyelesaian di akhir kehidupan Ishak. Hal ini memberikan penekanan pada pentingnya keluarga dan ikatan darah, bahkan ketika ada perbedaan dan konflik. Momen penguburan ini adalah penutup dari sebuah era dan sekaligus awal dari babak baru bagi anak-anaknya, yang akan meneruskan warisan iman mereka.

Kejadian 35:29 mengingatkan kita akan siklus kehidupan, tentang pentingnya menjalani hidup dengan iman dan harapan. Ishak, sebagai tokoh patriark, telah menyelesaikan tugasnya. Kematiannya bukanlah akhir dari segalanya, melainkan kelanjutan dari rencana ilahi yang terus bergulir melalui keturunannya. Kisahnya menjadi inspirasi untuk merenungkan perjalanan hidup kita sendiri, bagaimana kita menghadapi ujian, dan bagaimana kita meninggalkan warisan bagi generasi mendatang. Kehidupan Ishak yang panjang dan penuh makna akhirnya mencapai kedamaian, meninggalkan jejak yang abadi dalam catatan sejarah.