"Mendekati Yusuf, mereka itu berniat membunuhnya dan membuangnya ke dalam perigi yang kering, yang ada di sana, dan berkata: Seekor binatang buas telah memakannya. Demikianlah mereka akan melihat apa jadinya mimpi-mimpinyaitu."
Kisah Yusuf dalam Kitab Kejadian adalah salah satu narasi paling dramatis dan sarat makna dalam Alkitab. Pasal 37 menceritakan bagaimana permulaan dari serangkaian ujian berat yang harus dihadapi oleh anak kesayangan Yakub ini. Ayat 18, khususnya, menandai titik balik yang mengerikan: permulaan dari konspirasi jahat yang dirancang oleh saudara-saudara Yusuf sendiri.
Hubungan Yusuf dengan saudara-saudaranya dipenuhi kecemburuan dan kebencian yang mendalam. Hal ini diperparah oleh kasih sayang Yakub yang berlebihan kepada Yusuf, yang terwujud dalam pemberian jubah berwarna-warni. Jubah itu bukan sekadar pakaian, melainkan simbol status yang membedakan Yusuf dari saudara-saudaranya. Ditambah lagi, mimpi-mimpi Yusuf yang menceritakan bahwa dia akan berkuasa atas mereka semakin membakar amarah para saudara.
Ketika Yusuf datang menemui saudara-saudaranya di Dotan, niat jahat yang telah lama terpendam mulai mengambil bentuk konkret. "Mendekati Yusuf, mereka itu berniat membunuhnya..." Kalimat ini saja sudah cukup menggambarkan betapa gelapnya hati para saudara tersebut. Niat untuk membunuh adalah puncak dari kebencian yang tidak terkendali. Namun, mereka tidak berhenti pada niat membunuh saja. Mereka merencanakan langkah selanjutnya yang lebih kejam.
Rencana mereka adalah membuang Yusuf ke dalam sebuah perigi yang kering. Perigi atau sumur tua yang tidak terpakai adalah tempat yang gelap, sempit, dan sunyi, sebuah penjara alam yang menakutkan. Apa yang ingin mereka capai dengan tindakan ini? Teks selanjutnya memberikan penjelasan yang mengerikan: "...dan berkata: Seekor binatang buas telah memakannya. Demikianlah mereka akan melihat apa jadinya mimpi-mimpinyaitu."
Ini adalah strategi licik untuk menutupi kejahatan mereka. Dengan menyatakan bahwa Yusuf telah dimakan binatang buas, mereka berharap Yakub akan percaya dan kesedihan yang mendalam akan melanda ayahnya. Lebih dari itu, mereka ingin membuktikan bahwa mimpi-mimpi Yusuf hanyalah khayalan belaka, sebuah keangkuhan yang pantas untuk diakhiri. Mereka ingin memadamkan segala harapan dan pretensi Yusuf, sekaligus menghilangkan sumber kecemburuan mereka.
Kejadian 37:18 bukan hanya sekadar cerita tentang dendam keluarga. Ayat ini mengajarkan kita tentang bahaya kebencian yang merusak, bagaimana kecemburuan dapat membutakan hati manusia, dan bagaimana niat jahat dapat direncanakan dengan detail yang keji. Namun, kisah Yusuf juga menunjukkan bahwa bahkan dalam situasi yang paling gelap sekalipun, rencana Tuhan seringkali bekerja di balik layar. Meskipun saudara-saudaranya berencana untuk menghancurkan Yusuf, Tuhan memiliki rencana yang berbeda, yaitu untuk menyelamatkan dan mengangkat Yusuf menjadi pemimpin yang akan menyelamatkan banyak orang, termasuk keluarganya sendiri, dari kelaparan.
Kisah ini mengingatkan kita untuk selalu waspada terhadap kecemburuan dan kebencian, baik dalam diri sendiri maupun di lingkungan sekitar kita. Kita diajak untuk belajar memaafkan, mengendalikan emosi negatif, dan percaya bahwa di tengah kesulitan terberat sekalipun, ada harapan dan tujuan yang lebih besar yang mungkin belum kita pahami.