Kejadian 38:10 - Kisah Yehuda dan Keturunannya

"Tetapi apa yang dilakukannya itu, dalam pandangan TUHAN, adalah jahat; maka TUHAN mendatangkan kematian kepadanya."

Kisah yang tercatat dalam Kitab Kejadian pasal 38 menawarkan pelajaran moral yang mendalam, terutama melalui peristiwa yang melibatkan Yehuda dan kedua putranya, Er dan Onan. Ayat 10, yang berbunyi "Tetapi apa yang dilakukannya itu, dalam pandangan TUHAN, adalah jahat; maka TUHAN mendatangkan kematian kepadanya," merujuk pada tindakan Onan yang dianggap tidak berkenan di hadapan Tuhan.

Untuk memahami konteksnya, kita perlu melihat rangkaian kejadian sebelumnya. Yehuda memiliki tiga orang putra: Er, Onan, dan Syela. Putra sulungnya, Er, menikahi Tamar. Namun, Er berbuat jahat di mata Tuhan, sehingga Tuhan mendatangkan kematian kepadanya. Mengikuti hukum levirat pada masa itu, yang bertujuan untuk melanjutkan keturunan keluarga, Yehuda memerintahkan Onan untuk menggauli Tamar, istrinya, dan membangkitkan keturunan bagi kakaknya. Namun, Onan, mengetahui bahwa keturunannya tidak akan dianggap sebagai keturunannya sendiri, melakukan tindakan yang berlawanan dengan kehendak Tuhan ketika ia menggauli Tamar.

Tindakan Onan adalah sebuah bentuk penolakan terhadap tanggung jawabnya sebagai pewaris dan penerus garis keturunan. Ia memilih untuk "menggugurkan benihnya ke tanah" setiap kali ia berhubungan dengan Tamar, dengan tujuan agar Tamar tidak mengandung. Perilaku ini bukan hanya egois, tetapi juga merendahkan martabat dan tujuan pernikahan yang ditetapkan dalam tatanan ilahi. Ayat Alkitab secara tegas menyatakan bahwa perbuatan ini sangat jahat di mata Tuhan.

Akibat dari ketidaktaatannya, Tuhan mendatangkan kematian kepada Onan. Peristiwa ini menjadi peringatan keras tentang pentingnya ketaatan kepada firman Tuhan dan kewajiban yang dibebankan kepada setiap individu dalam sebuah keluarga dan masyarakat. Ini bukan sekadar tentang generasi, tetapi tentang prinsip keadilan, keturunan, dan tanggung jawab yang berakar pada iman.

Kisah Yehuda dan Onan, terutama penekanan pada ayat 38:10, menyoroti bagaimana Tuhan memperhatikan tindakan manusia, bahkan yang tampaknya merupakan tindakan pribadi atau keluarga. Tuhan menghakimi bukan hanya niat, tetapi juga perbuatan yang bertentangan dengan kehendak-Nya. Ini mengajarkan kita bahwa ketaatan kepada prinsip-prinsip ilahi adalah hal yang esensial, dan konsekuensi dari ketidaktaatan bisa menjadi serius. Kejadian ini juga membuka jalan bagi kisah selanjutnya mengenai Tamar dan bagaimana ia dengan cerdik akhirnya mendapatkan haknya dan menjadi leluhur penting dalam garis keturunan.

Pelajaran dari Kejadian 38:10 tetap relevan hingga kini, mengingatkan kita akan tanggung jawab kita di hadapan Tuhan dan sesama, serta pentingnya menjalani hidup sesuai dengan standar moral dan etika yang telah ditetapkan. Ketaatan, meskipun terkadang sulit, adalah kunci untuk menerima berkat dan kehendak Tuhan dalam kehidupan kita.