Kejadian 38:12 - Kisah Tamar dan Yehuda

"Maka diberitahukanlah kepada Tamar: 'Lihatlah, mertuamu itu hendak pergi ke Timna untuk menggunting domba-dombanya.'"

Kisah

Kisah yang tercatat dalam Kitab Kejadian pasal 38 ini menghadirkan sebuah narasi yang kompleks dan penuh pelajaran moral, berpusat pada figur Yehuda, salah satu putra Yakub, dan menantunya, Tamar. Ayat ke-12 dari pasal ini menandai sebuah titik balik penting dalam cerita, ketika Tamar menerima informasi krusial mengenai rencana mertuanya.

Pada titik ini, Tamar telah kehilangan kedua putranya yang juga merupakan putra Yehuda, yaitu Er dan Onan. Kematian mereka meninggalkan Tamar dalam keadaan yang sulit, di bawah hukum yang berlaku saat itu, yaitu hukum levirat. Hukum ini mengharuskan saudara laki-laki almarhum untuk menikahi janda saudaranya dan memberikan keturunan baginya agar nama almarhum tidak terhapus. Namun, Yehuda tampaknya ragu atau enggan untuk menikahkan Tamar dengan putra bungsunya, Sela. Ia berdalih bahwa Sela masih terlalu muda, namun ia menunda-nunda pernikahan tersebut.

Ketika Yehuda berangkat ke Timna untuk melaksanakan sebuah pekerjaan penting, yaitu menggunting domba-dombanya, kabar ini sampai ke telinga Tamar. "Maka diberitahukanlah kepada Tamar: 'Lihatlah, mertuamu itu hendak pergi ke Timna untuk menggunting domba-dombanya.'" Ayat ini mengungkapkan adanya sebuah mata-mata atau informan yang menyampaikan berita ini kepada Tamar. Berita ini menjadi sebuah kesempatan bagi Tamar, sebuah celah yang ia manfaatkan untuk mewujudkan tujuannya.

Motivasi Tamar dalam konteks ini sangat kuat. Ia tidak hanya berjuang untuk kelangsungan keturunannya, tetapi juga untuk martabatnya sebagai seorang perempuan dalam masyarakat patriarkal. Dengan kematian suami dan iparnya, posisinya menjadi rentan dan terpinggirkan. Ia tahu bahwa jika ia tidak segera mendapatkan keturunan dari garis Yehuda, namanya akan dilupakan. Keputusan Yehuda untuk pergi ke Timna, yang berarti ia akan menjauh dari Kanaan untuk sementara waktu, memberikan Tamar kesempatan untuk bertindak.

Dari sini, Tamar melancarkan sebuah strategi yang berani dan penuh perhitungan. Ia menanggalkan pakaian jandanya, mengenakan cadar untuk menyamarkan identitasnya, dan duduk di pintu gerbang Etanaim, sebuah tempat yang dikenal sebagai lokasi pelacuran kultis atau tempat di mana pelacur menunggu pelanggannya. Yehuda, yang tidak mengenali Tamar karena cadarnya, menganggapnya sebagai seorang pelacur dan mendekatinya. Melalui interaksi inilah, Tamar akhirnya mengandung anak dari Yehuda.

Kisah ini secara dramatis menggambarkan bagaimana keputusasaan, keyakinan pada janji ilahi, dan keberanian dapat mendorong seseorang untuk mengambil tindakan yang tidak konvensional. Tamar, meskipun berada dalam posisi yang lemah, menunjukkan kekuatan luar biasa dalam memperjuangkan haknya dan memastikan bahwa garis keturunannya akan berlanjut. Kejadian 38:12 bukan hanya sekadar informasi tentang kepergian Yehuda, tetapi sebuah sinyal yang memicu tindakan strategis Tamar, yang pada akhirnya membawa kita pada silsilah Mesias. Kisah ini menunjukkan bahwa kadang-kadang, di tengah tantangan terbesar, terdapat jalan yang tidak terduga untuk mewujudkan kehendak Tuhan.