"Sesudah itu dikirimnya kambing jantan melalui tangan sahabatnya, orang Adulam itu, untuk mengambil kembali gada itu dari tangan perempuan itu, tetapi ia tidak menemukannya."
Ayat Kejadian 38:20 membawa kita ke tengah cerita yang kompleks dan penuh pelajaran moral mengenai suku Yehuda, menantu perempuan Tamar, dan sebuah perjanjian yang tak terduga. Dalam konteks yang lebih luas, pasal ini menceritakan tentang kehidupan pribadi Yehuda yang penuh dengan keputusan yang dipertanyakan, yang pada akhirnya menyoroti bagaimana Allah dapat bekerja melalui garis keturunan manusia, bahkan di tengah ketidaksempurnaan.
Kisah ini dimulai dengan kematian Er dan Onan, dua putra Yehuda yang diwajibkan untuk memenuhi kewajiban levirat kepada Tamar, istri mereka. Namun, kedua saudara itu meninggal sebelum memenuhi kewajiban tersebut. Dalam budaya saat itu, kegagalan seorang pria untuk memberikan keturunan kepada saudaranya yang telah meninggal adalah pelanggaran serius terhadap hukum dan tradisi. Tamar, sebagai seorang janda, berada dalam posisi yang sangat rentan, berisiko tidak memiliki warisan atau kelanjutan garis keturunan.
Setelah kematian Onan, Yehuda berjanji akan memberikan putra bungsunya, Syela, kepada Tamar sebagai suami. Namun, Yehuda menunda pemenuhan janji ini, mungkin karena ketakutan atau keraguan, atau mungkin juga karena ia menganggap Tamar membawa nasib buruk bagi putra-putranya. Penundaan ini menciptakan ketidakpastian yang besar bagi Tamar.
Ketika Yehuda melakukan perjalanan ke Timna untuk mencukur bulu domba-dombanya, yang merupakan tanda kesedihan bagi kedua putranya yang telah meninggal, Tamar menyadari bahwa Syela pun tidak akan diberikan kepadanya. Dalam situasi yang penuh keputusasaan, Tamar membuat sebuah rencana yang berani. Ia menanggalkan pakaian jandanya, mengenakan kerudung, dan menutupi dirinya agar tidak dikenali. Ia kemudian duduk di persimpangan jalan yang diketahui akan dilewati Yehuda.
Ketika Yehuda melihat Tamar di persimpangan jalan, ia mengira wanita itu adalah seorang pelacur. Karena kebutuhan dan kesalahpahaman, Yehuda menawarkan bayaran atas jasanya. Tamar meminta jaminan, yaitu gada dan cincin meterainya. Setelah transaksi selesai, Yehuda pulang dan Tamar pun kembali ke rumahnya. Kejadian ini merupakan titik balik yang krusial dalam narasi.
Ayat 38:20 secara spesifik menceritakan upaya Yehuda untuk mendapatkan kembali barang-barang jaminannya setelah ia menyadari bahwa ia telah tertipu dan bahwa Tamar, wanita yang ia temui, ternyata adalah menantu perempuannya sendiri. Ia mengirim sahabatnya, seorang Adulam, untuk mencari Tamar dan mengembalikan gada serta cincin meterainya. Namun, usaha ini gagal; Tamar tidak dapat ditemukan. Kegagalan ini menambah lapisan intrik dan ketegangan dalam cerita, karena jaminan tersebut tetap berada di tangan Tamar.
Kisah Yehuda dan Tamar, termasuk ayat 38:20, bukan sekadar catatan sejarah mengenai kehidupan pribadi seorang tokoh Alkitab. Ini adalah kisah tentang strategi, kesalahpahaman, keberanian, dan pada akhirnya, campur tangan ilahi. Tamar bertindak dengan keberanian luar biasa untuk memastikan garis keturunannya, dan melalui tindakan ini, ia menjadi nenek buyut Raja Daud dan, dalam garis keturunan Mesias. Ayat ini menggarisbawahi bahwa Allah seringkali bekerja dengan cara yang tidak terduga, menggunakan individu dan peristiwa yang tampaknya tidak penting untuk menggenapi rencana-Nya yang lebih besar. Pelajaran di sini adalah tentang keadilan, kesetiaan, dan kemampuan Allah untuk memulihkan dan menggunakan apa yang tampak seperti kegagalan untuk kebaikan yang lebih besar.