"Demikianlah firman Tuhan ALLAH: Lihat, Aku ini menjadi lawanmu, hai Tirus, dan Aku akan mendatangkan banyak bangsa melawanmu, seperti ombak menggulung ke pantai."
Ayat Yehezkiel 29:11 merupakan bagian dari nubuat yang disampaikan oleh Nabi Yehezkiel kepada bangsa Israel pada masa pembuangan di Babel. Ayat ini secara spesifik menargetkan kota Tirus, sebuah kota pelabuhan yang kaya dan kuat di pesisir Fenisia. Tirus dikenal dengan kemakmurannya, angkatan lautnya yang kuat, dan kekuatan militernya yang tangguh. Namun, dalam pandangan ilahi, kota ini telah menjadi sombong dan mungkin telah terlibat dalam berbagai tindakan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, termasuk mungkin memperlakukan bangsa Israel dengan buruk.
Firman Tuhan yang diucapkan melalui Yehezkiel adalah sebuah proklamasi yang tegas: "Lihat, Aku ini menjadi lawanmu, hai Tirus." Ini bukan sekadar ancaman biasa, melainkan pernyataan otoritas ilahi yang tak terbantahkan. Tuhan sendiri akan berdiri melawan Tirus. Konsekuensi dari perlawanan ilahi ini adalah kedatangan "banyak bangsa" yang akan menyerang Tirus. Perumpamaan "seperti ombak menggulung ke pantai" menggambarkan kekuatan serangan yang dahsyat, tak terkendali, dan tak terhindarkan. Gelombang demi gelombang bangsa-bangsa akan datang, menghantam Tirus hingga kehancuran.
Nubuat ini bukan hanya tentang kehancuran fisik semata, tetapi juga memiliki implikasi teologis yang mendalam. Ia menunjukkan bahwa bahkan kekuatan dunia yang paling besar sekalipun, yang dibangun di atas kekayaan dan kekuatan militer, tidak dapat berdiri teguh melawan kehendak Tuhan. Kesombongan dan penindasan akan selalu berujung pada kejatuhan. Yehezkiel 29:11 mengingatkan bahwa Tuhan adalah penguasa atas segala bangsa dan sejarah, dan Ia akan bertindak untuk menegakkan keadilan-Nya.
Analisis historis dari ayat ini menunjukkan bahwa kehancuran Tirus yang dinubuatkan memang terjadi, meskipun tidak dalam satu peristiwa tunggal. Nebukadnezar dari Babel mengepung Tirus selama bertahun-tahun, tetapi kota itu berhasil bertahan. Namun, beberapa dekade kemudian, Aleksander Agung berhasil menaklukkan Tirus setelah pengepungan yang epik, yang membuktikan ketepatan nubuat ilahi tentang kedatangan banyak bangsa yang menghancurkan. Kejatuhan Tirus menjadi pengingat bagi dunia kuno tentang kekuasaan Tuhan dan konsekuensi dari kesombongan dan ketidakadilan.
Bagi pembaca modern, Yehezkiel 29:11 tetap relevan. Ia mengajarkan tentang pentingnya kerendahan hati di hadapan Tuhan dan bahaya kesombongan. Ia juga memberikan pengharapan bahwa keadilan Tuhan akan ditegakkan, dan mereka yang tertindas akan melihat pembebasan. Nubuat ini mengundang kita untuk merenungkan bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain, apakah kita bertindak dengan keadilan dan belas kasih, atau justru dengan kesombongan dan penindasan. Tuhan adalah Tuhan yang adil, dan pada akhirnya, segala kesombongan akan diruntuhkan.